Kunci Keberhasilan Caleg adalah Hubungan Emosional

Ketua Panwaslu Kecamatan Bukit Bestari, Prengki Simanjuntak, S.IP

Masyarakat kita sekarang sudah pintar, mereka tidak mau lagi dibodoh-bodohi untuk sebuah pilihan. Kalau mereka menilai tidak layak untuk dipilih, bagaimanapun merayunya dan apapun janji yang diucapkan, mereka tetap tidak akan tergoda.

Itulah yang terjadi di masyarakat kita sekarang ini. Jadi, jangan sepelekan masyarakat. Kalau saya ibaratkan, masyarakat atau rakyat itu laksana gadis cantik yang menjadi idaman banyak pemuda. Untuk meluluhkan hatinya, berbagai cara dilakukan. Mulai dari memberinya perhatian sampai menghadiahkan kepadanya barang-barang berharga.

Tapi, yang namanya hati tetap saja tidak bisa diukur dengan materi berapapun nilainya. Hati merupakan kerajaan anggota tubuh yang paling tinggi derajatnya.

Hati bisa menembus hingga bagian yang terdalam sekalipun. Dalam hati tersimpan kebenaran dan kejujuran, karena itu jangan mentang-mentang punya segalanya lalu yakin bisa mendapatkan hati seseorang. Untuk mendapatkan hati seseorang yang harus dibangun pertama kali adalah hubungan emosional. Jika ini sudah terjalin dengan baik, ada harapan untuk menguasai orang tersebut.

Setidaknya ini menjadi perhatian bagi calon legislatif yang akan merebut hati rakyat pada pemilu 2019 mendatang. Jika silaturahmi yang dibangun dengan maksud tertentu maka hati mereka (rakyat) tidak akan menerima.

Oleh sebab itu, bangunlah rasa empati agar terjalin hubungan emosional yang dalam. Perlihatkan kepada mereka (rakyat) bahwa apa yang anda lakukan tulus. Jika itu yang terjadi yakinlah, dukungan akan terus mengalir dari berbagai penjuru.

Sebaliknya, jika apa yang anda lakukan karena memamang ingin sesuatu, hanya dukungan semu yang akan anda dapatkan. Sehingga tiidak heran, bila ada caleg yang sudah habis-habisan saat kampanye, tapi begitu pencoblosan tak satupun dukungan yang mengalir kepadanya.

Kesal, marah, kecewapun bercampur menjadi satu. Bahkan saking kesalnya, ada caleg yang mengambil lagi apa yang sudah terlanjur diberikannya.

Syukur kalau yang diberikan itu masih berbentuk benda bergerak, masih bisa dbawa pulang. Tapi, kalau yang berbentuk fasum seperti jalan, bangunan, jembatan bagaimana membawanya. Jalan satu-satunya supaya puas adalah menghancurkannya. Siapa suruh jadi caleg.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.