Merayakan Imlek Merasakan Indonesia

Ria Ukur Rindu Tondang, S.E., M.Ak

Oleh : Ria Ukur Rindu Tondang, S.E., M.Ak

Bhineka Tunggal Ika, walaupun berbeda-beda tetap tetap satu jua. Itulah bangsa besar Indonesia yang bisa merangkul lebih dari 360 Suku Bangsa yang tersebar di 17.508 pulau yang tersebar dari Sabang sampai Merauke, dari Mianggas sampai Pulau Rote.

Bangsa yang menghargai perbedaan agama dan kepercayaan dari setiap warganya dengan kesadaran toleransi yang tinggi antara penganut keyakinan.

Jika Lebaran Umat Islam identik dengan ketupat, Hari Natal umat Kristiani identik dengan Pohon Natal, maka Tahun Baru Imlek bagi Penganut Khonghucu identik dengan lampion dengan pernak pernik yang didominasi oleh warna Ang atau merah. Semuanya sama-sama merayakan kemenangan atas adanya keyakinan bagi penyertaan Tuhan Allah.

Sebagai salah satu budaya khas milik komunitas Tionghoa, Imlek rupanya telah menjelma dalam kehidupan masyarakat Indonesia dan diterima sebagai entitas baru dalam masyarakat.

Perayaan-perayaan menyambut Imlek juga bukan hanya dinikmati oleh etnis Tionghoa saja melainkan oleh semua masyarakat Indonesia melalui bazar-bazar Imlek yang diserbu banyak orang, termasuk perayaan Imlek melalui atraksi Barongsai yang bisa dinikmati semua lapisan masyarakat.

Kehadiran dari berbagai budaya ini menjadi daya tarik tersendiri dengan keberagamannya di tengah-tengah masyarakat.

Setiap moment dalam budaya tersebut pasti punya makna tersendiri, misalnya Perayaan Cap Go Meh yang telah dilakukan sejak abad ke-17 Masehi pada masa Dinasti han di Tiongkok. Perayaan diadakan bersama oleh raja dan masyarakatnya pada malam tanggal ke-15 bulan pertama penanggalan Tionghoa.

Para petani memasang lampion berwarna warni di sekeliling ladang untuk mengusir hama dan menakuti binatang-binatang perusak tanaman serta memperindah pemandangan. Selain itu, diadakan pertunjukan musik dan barongsai untuk memeriahkan perayaan. Setelah itu, Cap Go Meh kemudian diadakan secara turun-temurun oleh masyarakat Tionghoa yang tersebar di seluruh dunia.

Barongsai diyakini sebagai pertanda kesuksesan, keberuntungan dan pengusir hal-hal buruk.

Imlek adalah ucapan syukur atas berbagai kemenangan dan kesuksesan yang sudah diterima selama ini. Ketika bangsa kita bisa selamat dari marabahaya Covid 19 dengan berbagai variannya, disitu tergambar sosok Barongsai sang pengusir hal-hal buruk dari bangsa ini. Ketika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2022 bisa mencapai 5,76%, dimana pada saat yang sama banyak bangsa lain mengalami pertumbuhan negativ, itu juga pertanda kesuksesan dan keberuntungan telah diberikan Tuhan kepada Indonesia.

Agama dan cara kita menyembah Tuhan Allah boleh berbeda, tetapi Tuhan Allah yang kita sembah adalah sama, yaitu Allah Penguasa semesta alam dimanapun kita berada.

Allah yang sama juga yang menciptakan kita dengan perbedaan suku, agama, budaya serta keberagaman lainnya. Jika kita renungkan dengan baik, berbagai keberagaman tersebutlah yang membuat kita menjadi kaya akan berbagai rasa dan jiwa.

Memang betul bahwa ketidak mampuan dalam mengelola keberagaman tersebut bisa menjadi faktor pemicu perpecahan bangsa. Faktor kesenjangan social budaya, pola pikir masyarakat dan perbedaan ideologi bisa memicu perpecahan.

Oleh karena itu kita semua harus mengupayakan komunikasi dan pembauran yang terus menerus, sehingga berbagai perbedaan yang ada itu bisa menjadi perekat bagi keutuhan bangsa. Tentu saja hal ini harus didukung pula oleh pemimpin negeri ini yang bisa mengayomi dan merangkul seluruh rakyatnya yang berbeda-beda tadi.

Selamat merayakan Imlek buat saudara-saudaraku penganut Khonghucu dan selamat merasakan Indonesia buat kita semua.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.