Oleh: Ria Ukur Rindu Tondang, SE
Anggota DPRD Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau
Menurut survey yang dilakukan Program for International Student Assesment (PISA) tahun 2021, Indonesia menduduki peringkat 62 dari 70 negara dengan tingkat literasi terendah. Menurut standar UNESCO, minimal setiap orang harus membaca 3 buku setiap tahun, sedangkan Indonesia memiliki ratio nasional literasi sebesar 0,09 persen. Bandingkan dengan Negara Asia Timur seperti Korea, Jepang dan China, yang rata-rata membaca 20 buku baru setiap tahunnya (https://perpustakaan .kemendagri.go.id :Tingkat Literasi Indonesia di Dunia Rendah, Ranking 62 dari 70 Negara).
Ada rasa prihatin sekaligus terhentak ketika mengetahui fakta di atas : Begitu terbelakangnya ternyata bangsa kita. Wajar saja kalau bangsa kita yang begitu besar ini termasuk sebagai salah satu bangsa dengan daya saing yang sangat rendah, termasuk indeks pembangunan SDM-nya rendah, inovasi Iptek-nya rendah, yang berdampak pada tingkat incomenya juga rendah, dan pada akhirnya tingkat kebahagiaan warganya juga rendah. Kita sedang menghadapi masalah yang begitu serius dalam membangun bangsa ini.
“Rendahnya Keingintahuan terhadap pengetahuan, ibarat terkurung di dalam tembok yang gerbangnya tidak terkunci”. Perumpamaan di atas sangat tepat bagi kita yang minat mebacanya sangat rendah. Dijaman ini, ilmu itu sebenarnya ada dimana-mana, tinggal klik lalu dibaca dan kita bisa menjelajahi dunia. Semakin banyak membaca, maka semakin luas pemahaman kita tentang banyak hal. Hal ini akan mendorong kita untuk menjadi orang yang berpikir lebih kritis dan tajam.
Membaca sangat dekat dengan kedalaman pengetahuan. Makin banyak membaca suatu pengetahuan/informasi, maka semakin dalam pula pengetahuan akan hal itu. Itulah mengapa kita sering mendengar bahwa membaca adalah jendela dunia. Sangat menarik mendengar ucapan Michele Obama dalam suatu pertemuan di Youth Meeting Amerika Serikat yang mengatakan : With good education, everything is possible event become president. Sangat betul, dengan pengetahuan yang baik, maka kita bisa menjadi apa saja, termasuk menjadi presiden.
Masalahnya adalah bagaimana meningkatkan budaya baca. Generasi kita saat ini lebih suka menghabiskan waktunya untuk bermain game bahkan sangat banyak ketergantungan terhadap game online. Minat baca tidak timbul dengan sendirinya, melainkna ada hal-hal yang harus kita lakukan untuk menumbuhkan minat tersebut. Diantaranya mulai memotivasi dan meluruskan niat pribadi, membuat list mengenai informasi buku apa saja yang menjadi rekomendasi untuk dibaca, mengoleksi buku dengan membeli buku yang kita minati untuk dibaca.
Cobalah menambah referensi bacaan di perpustakaan, internet atau melalaui koran. Saat rasa ingin tahu menjadi tinggi, kita akan termotivasi menghabiskan waktu untuk menuntaskannya. Jangan memaksakan diri membaca hal yang tidak kalian sukai karena itu akan membuat Anda mudah bosan. Coba temukan genre apa yang kamu sukai bisa cerpen, novel, atau puisi. Tak ada salahnya saat menunggu seseorang, menunggu jemputan atau jadwal keberangkatan stasiun ataupun pesawat, diisi dengan membaca. Dengan membaca Anda juga tidak akan merasakan bosan. Buatlah target dalam sehari harus berapa lama membaca dan berapa buku yang harus kalian selesaikan dalam sepekan atau paling lama sebulan.
Banyak hal positif yang kita dapatkan ketika kita rajin membaca, seperti dapat memperbaiki daya ingat. Membaca bagaikan senam mental untuk otak.
Penelitian terbaru mengungkapkan bahwa membaca dapat memengaruhi proses pemikiran dan mengaktifkan kinerja otak kita. Melalui membaca, Anda bisa memosisikan diri Anda dengan posisi orang lain sesuai dengan karakter tertentu pada buku yang Anda baca. Lewat membaca, Anda bisa membayangkan beragam kondisi atau situasi, dan ini merupakan tantangan yang baik untuk kesehatan otak.
Peranan pemerintah (Pusat dan Daerah) juga tentu sangat dibutuhkan untuk meningkatkan minat baca dengan mendorong lahirnya karya-karya penulis yang berkualitas dan atraktif, sehingga bisa menarik minat baca bagi warga. Menciptakan buku-buku dengan thema lokal juga tentu sangat baik, serta mendekatkan buku-buku bacaan kepada masyarakat dengan membangun taman bacaan di lingkungan pemukiman secara gratis.
Membaca itu sangat asyik dan bisa membunuh rasa bosan selama PPKM. Membaca buku juga mengubah kebiasaankita pada hal yang tidak baik seperti ketergantungan pada gadget, menghilangkan kebiasaan jalan-jalan atau berkumpul dengan teman-teman, sehingga secara nyata berkonstribusi memutus penyebaran Covid 19. Membaca buku menjadi sarana transformasi pola hidup berkualitas generasi masa depan. Tidak ada kata terlambat untuk meng-upgrade ilmu kita.
Ayo kita membaca!!!.