TANJUNGPINANG | Warta Rakyat – Sungguh malang nasib Kimi Juan Siburian (14), seorang pelajar SMP Negeri 2 Tanjungpinang, korban kecelakaan tunggal di kawasan Pelabuhan Sri Payung, Bt 6, Tanjungpinang, Senin (9/12) sekira pukul 17.30 Wib.
Kimi Juan Siburian menghembuskan nafas terakhir pada Selasa (10/12) siang, setelah mendaptkan perawatan intensif di RSAL Midiyatno Tanjungpinang. Sebelumnya korban dirawat di RSUD Provinsi Ahmad Thabib.
Korban merupakan anak sulung dari pasangan Pengki Siburian dan almarhumah boru Simamora
Hal itu dibenarkan Ketua Perkumpulan Marga Siburian Tanjungpinang, Yan Halomoan Siburian Rabu (11/12).
“Korban meninggal, Selasa (10/12) siang kemaren,” tutur Yan saat memimpin acara dirumah duka.
Berdasarkan informasi yang dihimpun, sejak meninggal hingga penutupan peti jenazah, adik korban Widia Prilia yang tengah duduk di bangku kelas 4 SD itu tak kuasa melepaskan kepergian Kimi Juan.
Sang adik selalu menangis lantaran kepergian abangnya tak sempat meninggalkan pesan.
Bahkan, sang adik merasa, Kimi Juan yang dikenal baik dan bergaul itu sedang tidur.
“Dia (korban, red) bukan meninggal, Aku tau dia lagi tidur,” ucap warga menirukan perkataan sang adik.
Sementara itu, Anggian Pasaribu (14) salah satu teman korban yang saat itu sedang dibonceng menuturkan, sebelum terjadinya kecelakaan, ia bersama korban hendak membeli paket kuota internet yang dipesankan oleh ayahnya.
“Awalnya saya yang bawa dari rumah om,” kata Anggian.
Setelah membeli paket, korban lantas meminta sepeda motor untuk dibawa. Saat itu Kimi Juan Siburian, Anggian Pasaribu dan dua teman lainnya menuju pelabuhan Sri Payung yang tak jauh dari rumah mereka.
Namun setibanya di TKP, tepatnya tak jauh dari depan kantor KSOP Sripayung, Kimi Juan kehilangan kendali setelah melintasi jalan berlubang.
Naas! Korban pun terpental hingga membentur kepala bagian belakang. Wajah korban seketika mengeluarkan darah segar.
Sementara sahabatnya Anggian hanya mengalami luka ringan.
Lanjut Anggian, korban melaju saat memasuki gerbang pelabuhan.
“Agak lajulah om. Tapi seperti ada sesuatulah om, padahal udah saya dekap (peluk) dia (korban, red) kuat dari belakang supaya pelan-pelan, tapi dia tak mau pelan. Nge gas truss, seperti ada sesuatu gitu,” ujar Anggian.
Anggian menceritakan, setelah kejadian itu ia sempat mekik-mekik untuk meminta pertolongan kepada warga yang melihat, namun warga enggan untuk membantu. Warga hanya menonton tanpa bereaksi
“ada sekitaran 25 menit lah om saya minta tolong, tapi mereka takut untuk membawa. Kemudian saya minta tolong ke security, baru security datang,” sebutnya.
Setelah menunggu lebih kurang 25 menit, paman korban pun datang lantaran diberitahu dan dijemput oleh kedua kawannya.
“Uda nya (paman, red) datang baru dibawa ke rumah sakit. Itu setelah dikasih tau dan dijemput kawan kami,” ujarnya.
Pewarta : Frengki
Editor. : Henni