
Oleh: Ria Ukur Rindu Tondang
Anggota DPRD Kota Tanjungpinang, Provinsi Kepulauan Riau
MERDEKA!!! Itulah pekikan nyaring penuh semangat yang sering diucapkan 76 tahun yang lalu. Pekikan itu penuh makna karena lahir dari gugurnya sang suami, istri, ayah bahkan anak tercinta di tangan penjajah. Pekikan MERDEKA itu lahir dari cucuran darah ribuah bahkan ratusan ribu orang; lahir dari penderitaan bahkan pengorbanan yang sangat berat dengan nilai yang tiada tara. MERDEKA (Bahasa Melayu) berarti bebas/indepeden dari penjajahan.
Peristiwa penjajahan terhadap bangsa kita (juga bangsa lain) terjadi lagi saat ini dengan versi yang berbeda. Jika 76 tahun lalu dan mundur sekitar 350 tahun sebelumnya kita dijajah oleh Belanda dan Jepang, sebagai musuh yang terlihat dengan mata telanjang, maka selama hampir 1,5 tahun ini kita dijajah oleh Covid 19, musuh yang tidak terlihat. Musuh ini jauh lebih berbahaya dan mematikan jika dibanding penjajah jaman dulu, karena telah berhasil menjajah (menularkan) sekitar 3,5 juta orang dan merenggut nyawa sekitar 104.010 orang hanya dalam kurun waktu sekitar 17 bulan (data ini diambil dari Aplikasi Peduli Lindungi untuk Peta Sebaran tanggal 05/08/2021).
Dengan korban yang begitu besar, maka bisa dipastikan dampak bahaya serangan Covid 19 jauh lebih besar dari korban perang, jika dibandingkan dengan kurun waktu yang sama. Bukan saja korban nyawa dari lebih seratus ribu orang meninggal, melinkan juga ekonomi Negara yang berada di ambang resesi, PHK yang menimpa ratusan ribu orang, dan berbagai dampak negativ lainnya. Kita berada dalam kondisi yang sangat bahaya dan bangsa ini memanggil setiap kita untuk berjuang bersama, melawan dan mengenyahkan Covid 19 dari bumi pertiwi secara bergotog royong.
Ada setidaknya dua hal yang diminta dari kita, Pertama: kita harus mendukung pemerintah melaksanakan program vaksinasi, sampai mencapai tahap herd immunity, yaitu diangka 70 % dari total jumlah penduduk. Angka capaian sampai saat ini masih cukup jauh, karena baru mencapai : Vaksin Pertama 49.391.058 orang, sedangkan vaksinasi kedua juga baru mencapai 22.891.824, dari target sasaran vaksinasi di angka 208.265.720 orang. Jika melihat capaian di atas, maka perjuangan kita masih panjang untuk mencapai herd imunity. Vaksin pertama baru mencapai 23,71% dan penerima vaksin kedua 10.99%. Jika rata-rata jumlah yang bisa divaksin setiap harinya hanya sekitar 556.935 orang (0,27%) maka dibutuhkan sekitar 172 hari lagi kita mencapai angka 70%. Untuk mempercepat proses ini maka setiap kita harus ikut menjadi yang terdepan untuk divaksin, termasuk membawa serta seluruh keluarga, tetangga dan orang-orang yang kita kenal.
Kedua, hal lain yang tidak kalah penting adalah, kita harus menjadi yang terdepan dengan kewaspadaan yang tinggi : bahwa Covid 19 itu bisa ada dimana saja, sehingga kita harus mawas diri kapan dan dimana saja. Jika pada masa penjajahan dahulu kala para nenek moyang kita bisa bersembunyi dihutan berminggu-minggu bahkan berbulan-bulan dengan menahankan kelaparan dan berbagai penderitaan demi menghindar dari penjajah yang kasat mata, maka tentulah (harusnya) bukan sesuatu yang sulit bagi kita untuk mengikuti/mematuhi protokol kesehatan yang ketat, yaitu 5M (Mencuci Tangan, Memakai Masker, Menjaga Jarak, Menjauhi Kerumunan dan Mengurangi Mobilitas). 5M harusnya bukan sesulit bergerilya dihutan belantara, melainkan hanya dibutuhkan kesadaran dan kerelaan kita untuk selalu disiplin.
Anda dan saya pantas disebut nasionalis dan partiotis masa kini jika mampu mengutamakan kepentingan bangsa dengan ikut sebagai yang terdepan membumihanguskan Covid 19. Dirgahayu Republik Indonesia ke 76 Tahun. MERDEKA!!!