Forum Ketahanan Pangan Laut: Strategi Membangun Ekosistem Ketahanan Pangan Maritim

Ary Satia Dharma, S.Sos, M.Si

TANJUNGPINANG |WARTA RAKYAT – Ketahanan pangan adalah isu strategis yang semakin kompleks di tengah ketidakpastian global. Pandemi, krisis energi, perubahan iklim, hingga geopolitik pangan dunia memberi dampak nyata bagi Indonesia, terutama daerah kepulauan seperti Provinsi Kepulauan Riau (Kepri). Posisi Kepri yang sangat bergantung pada suplai pangan dari luar daerah menjadikannya rentan terhadap creeping crises—krisis yang merayap perlahan tanpa disadari hingga akhirnya menekan sistem pangan lokal. Karena itu, diperlukan sebuah sistem baru yang mampu memperkuat sense making, membaca tanda-tanda awal, serta menyiapkan ekosistem pangan berbasis laut yang berkelanjutan.

Dalam konteks inilah gagasan pembentukan Forum Ketahanan Pangan Laut menjadi sangat mendesak. Forum ini bukan sekadar wadah komunikasi, tetapi instrumen tata kelola adaptif yang menghubungkan pemerintah daerah, komunitas nelayan, universitas, sektor swasta, hingga lembaga masyarakat sipil. Kehadirannya akan menjadi platform kolaborasi untuk merancang, mengeksekusi, dan mengevaluasi berbagai program ketahanan pangan berbasis potensi laut dan maritim Kepri.

Urgensi Forum Ketahanan Pangan Laut

Berikut ini akan dipaparkan beberapa hal yang menjadi pendorong pentingnya pembentukan Forum Ketahanan Pangan Laut di Provinsi Kepulauan Riau.  Pertama, Kepri sangat rentan terhadap gejolak pasokan pangan. Ketergantungan pada distribusi dari Batam, bahkan dari luar provinsi, membuat masyarakat di pulau-pulau kecil kerap menghadapi harga tinggi dan kelangkaan bahan pangan pokok.

Kedua, potensi laut belum dioptimalkan untuk menopang ketahanan pangan lokal. Sumber daya seperti ikan, rumput laut, hingga sagu laut masih lebih banyak dikelola dalam logika komoditas mentah, bukan sebagai bagian dari ekosistem pangan strategis.

Ketiga, masih lemahnya sense making system. Tidak ada forum khusus yang bertugas membaca tren, memetakan risiko, dan memberikan rekomendasi adaptif. Akibatnya, krisis pangan sering direspons dengan langkah jangka pendek seperti operasi pasar, bukan melalui inovasi struktural.

Forum ini akan mengisi kekosongan itu. Ia menjadi ruang bersama untuk berbagi informasi, mengolah pengetahuan, dan menguji solusi berbasis inovasi lokal. Dengan demikian, Forum Ketahanan Pangan Laut adalah jawaban untuk mengantisipasi creeping crises sekaligus memperkuat ekosistem pangan maritim.

Roadmap Program Strategis

Agar forum ini tidak berhenti pada seremonial, perlu disusun program strategis secara bertahap dan berkelanjutan.

Dalam Jangka Pendek (2 bulan) program forum adalah membangun fondasi dan launching Pilot Project, melalui kegiatan : (i) Pembentukan Forum secara resmi melalui SK Gubernur/instansi terkait, melibatkan lintas aktor; (ii) Perumusan regulasi dan insentif yang mendorong diversifikasi pangan berbasis laut, seperti pengembangan beras analog dari sagu dan rumput laut, serta mendukung nelayan dan pembudidaya dengan teknologi modern; (iii) mengedukasi publik tentang pentingnya kemandirian pangan laut; (iv) Pemetaan ekosistem pangan maritim di tiga desa percontohan (pilot project Kampung Pangan Laut/KAPAL). Desa ini dipilih sebagai laboratorium sosial untuk menguji inovasi pangan berbasis laut: diversifikasi olahan ikan, beras analog sagu-rumput laut, serta pemanfaatan energi terbarukan kecil untuk cold storage; (v) mendistribusi dan memasarkan hasil pangan laut yang telah diproduksi masyarakat desa; dan (v) Workshop sense making system untuk melatih aktor lokal dalam membaca tren, data, dan indikator risiko pangan.

Untuk Jangka Menengah (1 tahun) program prioritasnya adalah pemantapan dan pengintegrasian melalui kegiatan : (i) Penguatan kelembagaan forum dengan sekretariat tetap dan unit kerja tematik (produksi, distribusi, inovasi, dan kebijakan); (ii) Integrasi pilot project KAPAL ke dalam program daerah. Desa percontohan dijadikan model living lab ketahanan pangan maritim; (iii) Perluasan kemitraan strategis dengan universitas, BUMDes, koperasi nelayan, serta startup maritim untuk mengembangkan teknologi tepat guna, seperti sistem rantai dingin berbasis energi surya, platform digital distribusi pangan, dan budidaya berbasis bioekonomi; (iv) Monitoring dan evaluasi berbasis data, sehingga forum tidak hanya berbicara wacana, tetapi mengukur capaian nyata terhadap penurunan kerentanan pangan.

Adapun dalam Jangka Panjang (2 tahun) program diarahkan pada Replikasi dan Ekspansi, dengan kegiatan : (i) Replikasi model KAPAL ke desa-desa lain di seluruh Kepri, sehingga terbentuk jejaring kampung pangan laut; (ii) Kebijakan tata ruang pangan laut: mengintegrasikan hasil forum ke dalam Rencana Pembangunan Daerah dan regulasi turunan, termasuk insentif bagi inovasi pangan maritim; (iii) Ekosistem pangan maritim terintegrasi, yang menghubungkan hulu-hilir: dari produksi berbasis komunitas, logistik maritim antar-pulau, hingga pemasaran digital; dan (iv) Ekspansi ke level regional dan nasional, menjadikan Kepri sebagai model provinsi kepulauan yang berhasil membangun ketahanan pangan maritim adaptif.

Penutup

Forum Ketahanan Pangan Laut adalah instrumen strategis untuk menjawab tantangan creeping crises pangan di Kepri. Ia berperan sebagai sense making system, ruang kolaborasi, co-creation sekaligus motor inovasi. Dengan roadmap yang jelas—mulai dari pilot project di desa percontohan, pemantapan kelembagaan, hingga replikasi—forum ini dapat mengubah kerentanan menjadi kekuatan.

Membangun ekosistem ketahanan pangan maritim memang tidak instan. Namun, melalui forum ini, Kepri dapat membuktikan bahwa laut bukan hanya sumber daya ekonomi, tetapi juga benteng ketahanan pangan bangsa.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses