TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT – Masyarakat Pulau Penyengat di penghujung bulan Shafar, menggelar kegiatan tahunan keagamaan yakni mandi Shafar. Tradisi ini dilaksanakan di Balai Kelurahan Penyengat yang disaksikan oleh masyarakat dan dihadiri oleh Penjabat (Pj.) Wali Kota Tanjungpinang, Andri Rizal, SE., MM., Rabu (4/9).
Sebagaimana diketahui, Mandi Shafar adalah salah satu tradisi lama Melayu yang hingga kini masih terjaga eksistensinya di Pulau Penyengat. Tradisi lama yang sudah berlangsung sejak ratusan tahun silam ini digelar setiap tahun di bulan Shafar dalam hitungan Tahun Hijriah. Sesuai dengan namanya, tradisi ini dilaksanakan dengan acara mandi dengan tujuan untuk menolak bala.
Dalam sambutannya, Pj. Wali Kota Andri mengapresiasi pelaksanaan kegiatan ini dan sebagai wujud pelestarian adat tradisi masyarakat Melayu.
“Mandi safar merupakan tradisi Melayu yang sudah lama dan di Kabupaten Lingga sudah menjadi Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) Indonesia pada 2018. Atas nama Pemerintah Kota Tanjungpinang, saya sampaikan rasa bangga dan apresiasi yang tinggi atas pelaksanaan kegiatan ini, kita harapkan tradisi ini terus dilestarikan dan kita jadikan sebagai kegiatan rutin tahunan dengan kemasan yang semakin baik dari tahun ke tahun,” ujar Andri.
Lebih lanjut Andri mengatakan bahwa makna mandi safar ini diartikan yakni merupakan rangkaian memanjatkan doa dan harapan dijauhkan dari bala (tolak bala) juga menjaga lingkungan.
“Mandi safar bukan hanya menjadi tradisi tetapi menjadi daya tarik wisata budaya. Semoga kita bisa selalu diberkahi dan diridhoi oleh Allah SWT dengan niat dan semangat bersama untuk hal-hal baik dan positif,” lanjutnya.
Usai memberikan sambutan, Pj. Wali Kota Andri bersama Pj Ketua TP PKK Kota Tanjungpinang turut memandikan 10 anak yang menjadi peserta mandi shafar dengan iringan doa dan sholawat. Sesuai dengan pemahaman orang Melayu yang identik dengan islam, Mandi Safar ini telah mengajarkan kita supaya banyak istighfar, bersholawat, membaca dan banyak melakukan silaturahmi.