Petrus Sitohang Pasarkan Sapuring: Peternak Akui, Sapuring Pakan Tepat Untuk Sapi & Kambing

Direktur Utama PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya, Petrus M. Sitohang, bersama pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt, Senin (14/9/2020)

BATAM | WARTA RAKYAT – Liswantoro, salah satu peternak sapi dan kambing di bilangan kawasan Marina Batam, Kepri merasakan dampak positif atas penggunaan Sapuring.

Pria yang lebih dikenal dengan pangilan Cak Lis ini, selain beternak sapi dan kambing, ia juga memiliki usaha catering dengan merek aqiqah.com dan Shoffiyah Catering.

Dia menyediakan paket menu untuk acara aqiqah yang lengkap termasuk menu sate, gulai, nasi, kerupuk udang dan alat-alat prasmanan mulai dari harga Rp 2,3 juta.

Dituturkannya, sejak awal Agustus kemaren dia membeli 5 ton Sapuring untuk ternak sapi (pedaging) dan kambing (perah dan pedaging) miliknya. Sejak itu dia mulai memberikan sapuring ke ternak-ternaknya.

Direktur Utama PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya, Petrus M. Sitohang, bersama pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt, Senin (14/9/2020)

Alhasil, setelah melakukan penimbangan dan pemotongan ternak kambingnya dia menemukan kenaikan berat kambingnya yang sangat menggembirakan.

Bahkan yang lebih membuatnya senang, tekstur daging kambingnya padat dan rendah lemak.

“Jadi daging kambing yang diberi makan sapuring bagus untuk sate dan dimasak. Tidak banyak lemak,” jelasnya kepada pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt dan Petrus M. Sitohang, Direktur Utama PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya yang bersama mitranya BUMDES Bersama Rumbio Pakan Lestari memelopori pembuatan sapuring di Desa Bagan Melibur Pulau Padang Kabupaten Kepulauan Meranti.

Pengakuan itu juga disampaikan Cak Lis saat tim dari PT PMS melakukan kunjungan technical service kepada peternak-peternak yang sudah memberikan Sapuring sebagai bahan campuran pakan, Senin (14/9/2020) di Batam.

Selain kambing Cak Lis juga sudah melihat pertambahan berat badan yang bagus untuk sapi-sapinya.

Direktur Utama PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya, Petrus M. Sitohang, bersama pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt, Senin (14/9/2020)

Hanya saja dia belum pernah melakukan pemotongan sapi sejak pemberian sapuring sehingga tidak bisa melihat tesktur daging sapinya.

“Setelah Hari Raya Haji sampai sekarang saya belum melakukan pemotongan sapi. Ini salah satu dampak dari pandemik covid ini pak. Permintaan sapi setelah usai hari raya haji kosong. Semua peternak di kawasan peternakan Marina ini merasakan,” katanya menjelaskan.

“Alhamdulillah kalau permintaan daging kambing untuk keperluan aqiqah masih tetap ada. Makanya sewaktu potong kambing saya lihat daging kambing yang sudah makan sapuring bagus dan padat,” ucapnya bangga.

Menurutnya, untuk fattening ternak sapi dan kambing, Sapuring sangat baik dan merasa puas. Sebelumny ia memberikan dedak yang dibeli dari luar Kepri. Selain biaya pengapalan yang tinggi, kualitasnya juga tidak stabil.

Namun, lanjutnya, setelah mendapatkan sapuring dia merasa puas karena harganya ekonomis dan kualitasnya baik.

Hal ini juga dibenarkan oleh pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt.

Direktur Utama PT Pengembangan Manajemen Sumberdaya, Petrus M. Sitohang, bersama pakar kesehatan ternak drh. Nometta Sembiring, M.Pt, Senin (14/9/2020)

Menurut Nometta, kandungan energi Sapuring yang tinggi dan serat kasarnya sangat baik untuk pembetukan daging dan rendah lemak.

Dari hasil analisa proksimat dari laboratorium milik kementerian peternakan di Ciawi Bogor yang ditunjukkan ke media ini, disebutkannya bahwa untuk setiap 1 Kg Sapuring mengandung energi sebanyak 3.670 K.kal, protein kasar 1,93%, Lemak 0.13% Serat 8,3% dan Ca 0,55%.

Sementara jagung mengandung energi sebanyak 3.330 K.kal., protein 9,7%, Lemak 6,9% dan Serat 4,3%.

Sementara itu Petrus Marulak Sitohang mengatakan, Sapuring memiliki kelebihan dibandingkan pakan yang lain.

Selain sumber energinya yang tinggi, sifatnya juga organik karena pohon sagu tumbuh secara alami, tidak memerlukan pemupukan buatan.

“Sementara itu sumber bahan baku lainnya seperti jagung dan dedak padi pada umumnya sudah terpapar pestisida dan obat-obatan tumbuhan buatan pabrik yang residunya bisa terbawa ke pakan,” ujar Petrus, mantan Anggota DPRD Kota Tanjungpinang periode 2014-2019 ini.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.