Selain itu, pihaknya juga akan mengumpulkan kelompok-kelompok tani lainnya, untuk diberikan pelatihan tentang tata kelola (manajemen) relasi bisnis yang baik.
“Misalnya, para kelompok tani harus diatur waktu bercocok tanam hingga panen sorgumnya. Yakni, kelompok A menanam pada bulan Januari, komunitas B menanam bulan Februari dan seterusnya,” tuturnya.
Sehingga, stok pangan sorgum di Bintan tetap ada, untuk memenuhi kebutuhan pasar baik lokal maupun permintaan dari negara lain seperti Negara Malaysia.
“Kemudian pemerintah daerah menggunakan power kebijakannya agar bisa melahirkan regulasi yang tepat untuk mendukung kelompok-kelompok tani di Bintan,” tutupnya.