MEDAN | WARTA RAKYAT – Stunting masih menjadi salah satu permasalahan klasik di sektor kesehatan yang terjadi di Kota Medan.
Kondisi itu membuat Wali Kota Medan Bobby Nasution menaruh perhatian besar untuk mengatasi gangguan tumbuh kembang anak yang disebabkan masalah gizi kronis karena kurangnya asupan gizi dalam jangka waktu panjang tersebut.
Agar penanganannya berhasil dan maksimal, orang nomor satu di Pemko Medan harus dilakukan terintegrasi dengan berbasil data yang detail. Dengan demikian masalah stunting dapat ditekan dan diminimalisir di ibukota provinsi Sumatera Utara ini.
Guna mewujudkannya, menantu Presiden RI Joko Widodo ini meminta dan menginstruksikan kepada seluruh OPD terkait untuk saling berkolaborasi dalam menangani stunting tersebut.
Jika selama ini sejumlah OPD merasa tidak memiliki kaitan langsung, Bobby Nasution minta agar paradigma tersebut harus dihilangkan.
Sebab, bilangnya, terjadinya stunting juga dipengaruhi berbagai faktor bukan hanya secara medis.
“Saya tidak ingin lagi mendengar anggapan bahwa OPD ini atau itu, tidak berkaitan langsung dan sebagainya, sebab semuanya berkaitan langsung. Terjadinya stunting juga dipengaruhi karena berbagai faktor, maka semua harus saling berkolaborasi,” kata Bobby Nasution saat memimpin Rapat Koordinasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) di Kota Medan, baru-baru ini.
Baru di masa kepemimpinan Bobby Nasution, penanganan stunting pun jauh lebih terarah. Pasalnya, suami Ketua TP PKK Kota Medan Kahiyang Ayu tersebut menaruh perhatian khusus di 1000 hari pertama kehidupan anak.
Selain masalah kesehatan, fokusnya Bobby Nasution dalam penanganan stunting juga bertujuan untuk masa depan Kota Medan yang lebih baik
“Di 1000 hari pertama ini, anak belum dapat memilih makanan mereka sendiri sehingga asupan makanannya bergantung kepada kondisi ekonomi orang tua dan lingkungan tempat tinggalnya. Kondisi ini lah yang menjadi dasar semua OPD harus berkolaborasi dan ikut menangani masalah stunting,” tegasnya.
Bahkan, selain OPD, Bobby Nasution juga minta agar kecamatan, kelurahan serta kepling juga harus ikut dalam penanganannya agar berjalan lebih optimal.
“Saya ingin ke depannya di seluruh kecamatan dan kelurahan, anak-anak yang alami stunting harus didata dengan lengkap, begitu juga dengan pekerjaan orang tua dan kondisi tempat tinggalnya yang layak huni atau tidak. Data seperti ini harus diketahui dan capaian targetnya bisa lebih jelas juga terarah. Saat saya tanyakan data, semua harus ada,” pungkasnya.
Dosen Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara (FKM USU) Dr Drs Zulfendri MKes menilai, upaya penanganan stunting yang dilakukan Bobby Nasution sudah sangat tepat dan terarah, serta bersifat stakeholder.
Artinya, Bobby Nasution melibatkan semua OPD terkait untuk mensukseskannya.
“Sudah sangat tepat dan lebih terarah penanganan stunting yang dilakukan Pak Wali. Hanya saja, komitmen juga harus dibarengi dengan regulasi yang jelas sehingga setiap OPD yang ikut serta untuk berkontribusi tidak terbentur dengan regulasi dan aturan-aturan yang berlaku. Semua OPD harus berkolaborasi, saya optimis penanganan stunting ini bisa berjalan baik,” bilang Zulfendri.
Selanjutnya, Zulfendri pun berharap, setiap OPD tidak terkotak-kotak dalam menjalankan rencana aksi daerah (RAD) tersebut.
“Pegiat-pegiat kesehatan, kader-kader kepemudaan di kawasan setempat juga bisa diajak dan dilibatkan untuk penanganan stunting. Sebagai contoh, misalnya untuk kawasan Medan Utara, kita bisa fokuskan lakukan intervensi kesehatan selama sebulan. Pastikan pemberian makanan tambahan, pengukuran yang rutin, dari situ kita bisa lihat progressnya,” pungkasnya.