Membangun Bangsa, Dimulai Dari Mana?

Anggota DPRD Kota Tanjungpinang, Ria Ukur Rindu Tondang

Oleh: Ria Ukur Rindu Tondang, SE
Anggota DPRD Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau

Mengapa kemajuan di Singapura itu begitu berbeda dengan Jakarta, sebagai salah satu kota termaju dan modern (kota metropolitan) Indonesia? Singapura yang hanya selangkah dari Batam bisa begitu maju dalam banyak hal, seperti kota yang tertata rapi, masyarakatnya yang disiplin, pembangunannya sangat modern, ekonominya yang jauh lebih maju dan berbagai hal yang sangat maju. Menurut perkiraan, butuh waktu sekitar 60 tahun bagi kota Jakarta untuk bisa menyamai keadaan Singapura saat ini. Waktu yang cukup lama untuk sekelas kota Metropolitan Jakarta.

Bagaimana dengan kota-kota lain yang jauh lebih tertinggal? Tentu sangat sulit membayangkannya.

Jika kita membandingkan Jakarta atau Indonesia dengan Singapura, termasuk Negara-negara maju lainnya, maka akan ditemukan perbedaan pada kualitas SDM nya.

SDM yang baik sangat berpengaruh pada kemajuan suatu bangsa. Dengan SDM yang baik, maka akselarasi pembangunan bisa dilakukan dengan cepat melalui berbagai inovasi. Dampaknya maka kemajuan pembangunan bisa dicapai lebih cepat, efektif dan efisien. Sumber Daya Alam berlimpah ternyata tidak begitu menentukan bagi kemajuan bangsa.

Kita bisa bandingkan Indonesia dengan Jepang, Korea dan Singapura yang SDA nya rendah, namun jauh lebih maju dari Indonesia.

Pendidikan dan Pelatihan Berkualitas sebagai Jalan Pintas bagi

Pembangunan Bangsa Menurut Laporan The Human Capital Index 2020 Update : The Human Capotal I the Time of Covid 19, skor Indonesia berada pada 0,54 (naik 0,1 poin dari indeks 2018), teringgal dari Negara tetangganya, seperti : Singapura 0,88, Vietnam 0,69, Malaysia 0,61, Brunai Darussalam 0,63 Thailand 0,61 (Sinar Harapan.Co : Jangan Puas Indeks HCI Naik, Kita Masih Jauh Tertinggal, di akses tanggal 12-09-2021).

Membaca data di atas, maka untuk menaikkan 0,1 (nol koma satu poin) saja kita memerlukan waktu selama sekitar 2 tahun (2018 : 0,53 dan 2020 : 0,54). Jika hitungan matematisnya seperti itu, maka kita membutuhkan 68 tahun untuk bisa menyamai index pembangunan SDM Singapura. Itu artinya kita sangat memerlukan upaya yang sungguh-sungguh dari pemerintah untuk membuat SDM Indonesia yang berkualitas tangguh, ulet, cerdas, professional, disiplin, serta memiliki kesadaran moral dan etika kerja yang baik, sehingga bisa bersaing dengan bangsa lain.

Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan aset bangsa yang paling mahal dibanding dengan aset-aset lain. Oleh karena itu diperlukan fokus pembangunan secara benar, sehingga sasaran pengembangan SDM tersebut bisa tercapai.

Penerapan pendidikan berkualitas dalam pengertian luas, bukan hanya pendidikan para pelajar, melainkan juga pelatihan-pelatihan bagi ASN, pejabat Negara, para pengusaha, pegawai swasta dan juga masyarakat pelaku ekonomi, sehingga memenuhi kualitas yang mumpuni bagi tercapainya berbagai inovasi secara kreatif.

Salah satu upaya penyiapan SDM untuk jangka panjang adalah melalui persiapan para pelajar (SD, SMP, SMA dan Mahasiswa/i) agar bisa sekolah di Perguruan Tinggi yang berkualitas. Tidak bisa dipungkiri bahwa saat ini Indonesia “dikuasai” oleh para Alumni Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik seperti UI, ITB, UGM, IPB dan beberapa PTN Grade A lainnya. Selama PTN yang di daerah belum bisa menyamakan kualitasnya dengan PTN Grade A tersebut, maka kita harus mengupayakan agar sebanyak mungkin pelajar dari daerah untuk kuliah di PTN terbaik tersebut. Pemerintah daerah harusnya punya program ganda, bukan saja untuk meningkatkan kualitas PTN di daerahnya, melainkan juga melakukan terobosan-terobosan agar anak didik dari daerahnya bisa sebanyak mungkin diterima di PTN Grade A. Hal itu bisa dilakukan melalui Bimbingan Belajar khusus, yang dibarengi dengan pemberian beasiswa bagi anak-anak yang lulus di PTN tersebut.

Kampus merupakan lembaga pencetak SDM digarda terdepan secara akademis. Berdasarkan data Kementerian Riset dan Teknologi, total mahasiswa baru di Indonesia tercatat sebanyak 2,1 juta orang pada 2019. Jumlah ini begitu besar, sehingga sangat berpotensi mencetak SDM yang berkualitas melalui kampus-kampus yang berkualitas juga. Jika kita gagal menciptakan kualitas ini maka generasi muda kita hanya akan menjadi pangsa pasar, bukan sebagai pencipta atau perekayasa teknologi. Pemerintah harus memikirkan sarana dan prasarana untuk melakukan riset dan yang hal-hal terkait yang mendukung peningkatan kualitas tersebut.

Selanjutnya dari sisi pengembangan skill ASN, pejabat Negara, para pengusaha, pegawai swasta dan juga masyarakat pelaku ekonomi, maka mereka memerlukan pelatihan terfokus sesuai dengan profesi masing-masing. Untuk ini diperlukan modul-modul pelatihan terbaik, termasuk dengan melakukan study banding dengan mencontoh (copy paste) hal-hal yang baik dari daerah atau perusahaan yang jauh lebih maju. Harus kita waspadai bahwa generasi yang tidak berkualitas akan menjadi beban bangsa. Bangkitkan kembali pelatihan-pelatihan, sehingga banyak tenaga kerja yang siap pakai dan siap kembang. Setiap daerah wajib memperhatikan putra daerah yang berprestasi secara akademik maupun non akademik, lalu mengembangkan skill mereka melalui pendidikan yang lebih tinggi.

Kita miris mendengar di daerah tertentu terjadi kekosongan dokter spesialis pada akhir pekan karena mereka harus kembali ke daerahnya. Kita harus memastikan terjadinya lompatan-lompatan program pengembangan SDM sesuai kemajuan jaman, sehingga kita tidak terus tertinggal.

Ayo kita bangun system pendidikan dan pengembangan kualitas SDM yang baik.

Kita pasti bisa!!!

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.