TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT — Stand jualan para pedagang di kawasan Melayu Square (MS) Kota Tanjungpinang kini menjadi perhatian publik.
Pasalnya, publik menilai desain 22 stand yang berwarna biru tua yang telah tertata rapi di kawasan Melayu Square tersebut seolah atapnya menyerupai rumah adat daerah Sumatera Barat (Rumah Gadang-Red).
Salah satu Anak tempatan Kota Tanjungpinang, Said Ahmad Syukri berharap Pemerintah Kota (Pemko) Tanjungpinang dapat menerima masukan dan saran dari masyarakat dan anak tempatan khususnya dalam menanggapai persoalan yang terjadi di daerah.
“Kepada Ibu Wali Kota yang terhormat dan mulia, dengan ini saye sekedar mengingatkan semoga Bu Wali bisa peka terhadap saran dan masukan dari masyarakat. Sebagai budak melayu saye minta tanggapan bu Wali terkait gerobak yang ada di Melayu Square itu,” ujarnya, Sabtu, (06/03/2021).
Ia menilai pentingnya peran Wali Kota sebagai Pemimpin di daerah untuk arif dan bijak dalam menanggapi persoalan yang ada di Kota Tanjungpinang.
“Jangan hanya politik saje, tapi setidaknye budaya lah juge jika salah katakan salah nye,” gerutunya.
Said berharap kiranya Wali Kota Tanjungpinang mau mengambil tindakan terhadap persoalan tersebut dengan mempertanyakannya kepada BUMD Kota Tanjungpinang PT Tanjungpinang Makmur Bersama (TMB).
“Mohon ditegur pimpinan BUMD agar beliau bisa jelaskan apa makna dari bentuk gerobak kontainer kaleng itu di Melayu Square, yang mana bentuknya tidak sesuai kearifan lokal, khusunya budaya melayu. Semoga Bu Wali Kota peka dan merespon ini,” harapnya.
Sementara, Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kota Tanjungpinang, Dato’ H. Wan Raffiwar menanggapi persoalan kearifan lokal gerobak stand tersebut, terkait persoalan itu, pihaknya telah memanggil pimpinan BUMD Kota Tanjungpinang untuk dilakukannya pembahasan kembali.
“Saya sudah panggil BUMD Tanjungpinang untuk didudukkan saja,” ucapnya.
Dato’ H. Wan Raffiwar menyebutkan sejauh ini pihak BUMD Tanjungpinang belum dan tidak mengundang tokoh adat dari Lembaga Adat Melayu Tanjungpinang untuk membahas persoalan kearifan lokal gerobak bantuan BI yang tengah menjadi pergunjingan publik lantaran tidak sesuai kearifan lokal.
“Enggak boleh gitu, kalau ada masalah harusnya kita diundang lah. Ini ketua lembaga adat gak diundangnya,” bebernya.
Direktur BUMD Kota Tanjungpinang Irwandy ketika di konfirmasi oleh awak media ini, menjelaskan terkait desain gerobak stand itu pihak BUMD Tanjungpinang tidak terlibat langsung dengan desain gerobak stand tersebut, karena gerobak stand tersebut merupakan bantuan CSR antara Bank Indonesia (BI) dengan pihak UMKM pengerajin gerobak.
“Kami tidak terlibat lansung dalam hal itu, kami hanya menerima saja. Apa yang di kasih BI kita terima saja karena kami melihat ini adalah niat baik dari BI. Kalau masalah desain kan itu kesepakatan antara pihak pemberi dan pengerajin yang ditunjuk,” kata Irwandy.
Irwandy juga menjelaskan bahwa awalnya pihak BUMD Kota Tanjungpinang belum mengetahui desain gerobak dan pembuatan serta penunjukkan kepada pihak pelaksana tidak melalui BUMD Kota Tanjungpinang.
“Barangkali mungkin nanti kita hanya bisa modifikasi kembali lah, kalau memang masyarakat menilai tidak sesuai kearifan lokal kita di tanah melayu ini. Cuman gimana lagi kita kan dikasih ini pasti tentu kita terima,” pungkasnya.
Pewarta : Ilham
Editor : Prengki