Oleh: SYAFRINALDI
Mahasiswa Prgram Sarjana Universitas Terbuka
Jurusan ILMU KOMUNIKASI
SEJAK wabah Covid-19 merebak dibelahan nusantara hingga ditetapkan sebagai darurat kesehatan nasional, hampir seluruh warga masyarakat merasakan dampaknya.
Selain berdampak pada kesehatan, sosial budaya masyarakat hingga pendidikan, dampak ekonomi juga dirasakan oleh warga, apalagi pelaku usaha.
Hal itu disebabkan untuk mematuhi anjuran pemerintah dalam rangka memutus mata rantai penularan Covid, seperti social distancing atau physical distancing.
Akibat social distancing, warga mengurangi pergerakan diluar rumah hingga banyak pelaku usaha tutup sementara bahkan hingga gulung tikar.
Para pelaku usaha rela menutup usaha hingga merumahkan karyawan untuk menghindari kerugian yang lebih besar.
Tak bisa dipungkiri, dampak Covid-19 ini begitu merongrong sendi-sendi perekonomian masyarakat dan dunia.
Sejumlah perusahaaan berskala besar hingga pedagang kecil menutup usaha lantaran daya beli masyarakat menurun akibat hastag #DiRumahAja.
Memang tujuan utamanya adalah semata-mata menghindari virus corona yang dikenal panyakit penularan dari manusia ke manusia itu.
Salah satu studi kasus yang terjadi di Kota Tanjungpinang, Kepulauan Riau.
Sejak Pemko Tanjungpinang mengimbau pelaku usaha kuliner, warung makanan dan warung kopi agar tidak menyediakan meja dan kursi, yang hanya memperbolehkan pembelian take away, sejumlah usaha mati suri alias hidup segan mati tak mau.
Meski sebagian dari mereka tidak menyurutkan niat untuk menjajakan barang dagangannya, tetapi pada akhirnya mereka tetap tutup lantaran sepi pelanggan.
Sistem pembelian take awai bagi pelanggan ternyata tidak mempu mendongkrak ramainya pelanggan, hingga akhirnya sejumlah pelaku usaha tak mampu berdiri tegak.
Beruntung! Ditengah anjuran social distancing atau physical distancing, para pelaku bergerak cepat memanfaatkan kecanggihan teknologi.
Penggunaan sarana media sosial seperti facebook dan aplikasi WhatsApp serta media massa seperti cetak dan online menjadi semangat baru untuk promosi melakukan diversifikasi usaha.
Banyak para pelaku usaha yang memilih promisi gratisan atau berbayar.
Bagi mereka yang memilih promosi gratisan cukup menggunakan aplikasi Facebook dan WhatsApp sebagai papan pengumuman paling efektif untuk berpromosi.
Namun tak jarang pelaku usaha menggunakan promosi berbayar melalui Facebook Bersponsor dan iklan di koran cetak maupun online.
Selain itu, ada juga pelaku usaha melakukan beberapa strategi seperti memberikan harga promosi.
Promosi ini bentuknya beragam, mulai dari menurunkan harga jual, pelayanan door to door hingga memberikan diskon yang membuat konsumen merasa terbantu.
Sedangkan pelaku usaha dibidang penyediaan makanan cepat saji atau penjual bahan pokok makanan ada juga yang memiliki kiat khusus.
Ada yang membuat makanan beku sehingga pembeli tinggal mengolahnya sesuai selera di rumah.
Pilihan lainnya ialah menjual beberapa kebutuhan bahan kebutuhan pokok satu paket, misalnya beras, gula, minyak goreng, sayur, telur satu paket.
Strategi tersebut dilakukan warga masyarakat untuk menutupi beban ekonomi akibat wabah Covid
Namun ada pula sebagian dari mereka yang pasrah dan tak pernah berpikir kreatif tentu hanya bisa menunggu dan bertanya kapan Covid-19 berlalu.
Bahkan tidak sedikit gulung tikar lantaran terkendala modal disebabkan perputaran tersendat.