TANJUNGPINANG | Warta Rakyat – Tatapan mata yang sayu dan terkadang kosong tidak mengurungkan niat pendeta Kampausen Manurung, S.Th (49) untuk memberikan siraman rohani di HKBP Resort Nommensen Kota Piring, Tanjungpinang, Minggu (9/2) pagi,
Badannya yang tegap, gerak gerik yang dulu lincah, suaranya yang tegas dan menggelegar untuk mengabarkan firman Tuhan sedikit mulai lambat dan meredup.
Suara itu mulai redup setelah kejadian memilukan terjadi lima tahun silam. Pendeta Kamphausen Manurung mengalami stroke ringan, sehingga membuat dirinya belum sehat normal seperti orang kebanyakan.
Meskipun kondisi kesehatan Pdt Kamphausen Manurung yang keseharianya bertugas di Distrik IV Toba ini tidak seperti orang biasanya, namun ia memiki semangat tinggi dan bersikukuh untuk menyampaikan khotbah di HKBP Nommensen Kota Piring, Tanjungpinang, Minggu (9/2).
Sebab, HKBP Ressort Nommensen (dulu pagaran) merupakan salah satu pelayanan pertama dan istimewa bagi Pendeta Kampausen pasca zending pada Tahun 2006 lalu.
“Tadi amang pendeta (Pdt Deser Nababan, red) minta mau berkotbah untuk besok (minggu), kemudian aku bilang sama amang itu nggak bawa Toga, karena semenjak sakit sudah cuti sementara untuk khotbah. Tapi tiba tiba bapak (pendeta Kampausen, red) bilang Toganya dibawa. Setelah aku lihat di tas ternyata dibawa, karena Aku gak tau kalau amang memasukkan toga ke tasnya. Bapak mungkin rindu khorbah disini,” cerita Lenta boru Hutauruk, istri Pdt Kampausen, Sabtu (8/2) malam.
“Karena aku takut, saat berkotbah nanti karena daya ingat bapak mulai berkurang dan ngomongnya juga pelan dan lambat,” tambahnya.
Alhasil, meskipun dengan nada sedikit kecil, lambat dan berulang ulang, Pdt Kamphausen Manurung dengan semangat menyampaikan khotbah berthema “Kebahagiaan orang yang takut akan Tuhan”.
“Haleluya! Berbahagialah yang takut akan TUHAN yang sangat suka kepada segala perintah. Anak cucunya akan perkasa di bumi; angkatan orang benar akan diberkati. Harta dan kekayaan ada dalam rumahnya, kebajikannya tetap untuk selamanya,” kutipnya dari Mazmur 112: 1-3.
“Di dalam gelap terbit terang bagi orang benar; pengasih dan penyayang orang yang adil. Mujur orang yang menaruh belas kasihan dan yang memberi pinjaman, yang melakukan urusannya dengan sewajarnya.
Sebab ia takkan goyah untuk selama-lamanya; orang benar itu akan diingat selama-lamanya. Ia tidak takut kepada kabar celaka, hatinya tetap, penuh kepercayaan kepada TUHAN.
Hatinya teguh, ia tidak takut, sehingga ia memandang rendah para lawannya. Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan. Orang fasik melihatnya, lalu sakit hati, ia menggertakkan giginya, lalu hancur; keinginan orang fasik akan menuju kebinasaan,” ucapnya lagi dikutip dari Mazmur 112: 3 –10 dalam bahasa batak.
Sesekali ia melihat catatan kecilnya yang mengingatkan kembali ingatannya, untuk menjabarkan nats akibat dari altar/podium.
Pendeta Kampausen Manurung mengatakan, selama dirinya pindah tugas telah banyak mengalami perubahan di HKBP Ressort Nommensen Kota Piring.
Tentu, kemajuan tersebut suatu yang luar biasa yang patut disyukuri. Menurutnya, perkembagan tersebut karena dibarengi adanya kemajuan ekonomi dan kepedulian jemaat yang sangat tiinggi.
“Sai dipasu-pasu Tuhan Debata ma hita saluhutna (semoga kita semua diberkati),” ujar pendeta Kamphausen Manurung yang sudah dikaruniai seorang anak laki laki dan 2 orang perempuan ini, Minggu (9/2).
Ia menegaskan, kehidupan ini bagaikan roda berputar yang tidak kita ketahui kapan akan terjadi.
“Ido na hu alami di ngolu on, satokkin do marbalik namasa on (Itu yang saya alami saat ini, hanya sekejap bisa berputar kehidupan ini),” kenangnya.
“Mari kita berkorban apa yang kita miliki,” pintanya.
“Dos hon na mandangurhon tu dolok do molo manarihon huria (Sama seperti melempar keatas yang akan turun kembali kalau kita memiliki kepedulian ke gereja),” katanya.
Ia berharap, bagi jemat yang dikasihi agar takut akan Tuhan dengan bersukacita mensuyukuri berkat dari Tuhan.
“Di hita akka na makkabiari Jahowa, lobi hurang 10 tahun na lewat hutinggalhon hami huria on nungga godang perubahan (bagi kita yang takut akan Tuhan, lebih kurang 10 tahun lalu kami tinggalkan gereja ini sudah banyak perubahan,” ungkapnya.
Sementara itu Pimpinan Ressort HKBP Nommensen Kota Piring, Pdt Deser J Nababan, S.Th mengungkapkan bahwa kehadiran pendeta Kampausen Manurung mengingatkan kembali pada sepuluh tahun silam.
Pasalnya, selama bertugas sejak 2006 hingga 2012 lalu berbagai upaya telah dilakukan Pendeta Kampausen beserta panitia untuk memliki sebuah Serbaguna yang layak dipakai oleh jemaat.
Tepatnya sekitar tahun 2008 lalu. Saat itu peran pendeta Kamphausen Manurung sangat besar mengajak jemaat agar memberikan pinjaman dan sumbangan untuk pembelian tanah berukuran 20 x 40 meter, yang saat ini sudah berdiri megah gedung serbaguna.
Alhasil, setelah ia beserta panitia pembangunan dan majelis mengunjungi dan mengetuk hati jemaat dari rumah ke rumah, dalam waktu singkat uang sebanyak Rp 110 juta pun terkumpul.
Dalam waktu seminggu, uang tersebut terhimpun lantaran pemilik tanah sudah mendesak dan menaikkan harga dari awalnya Rp 90 juta menjadi Rp 110 juta.
“Mulai dari proses pembelian tanah hingga pemasangan pondasi telah dilakukannya,” ujar Pdt Deser J Nababan, S.Th
Lanjut Pendeta Nababan, saat ini serbaguna tersebut telah digunakan oleh jemaat maupun dari luar jemaat HKBP Ressor Nommensen Kota Piring.
“Awal terbentuknya serbaguna dan tanah yang luas saat ini atas kegigihan beliau. Mungkin masih segar dalam ingatan kita kalau melihat tanah yang disebelah,” kata Pendeta Deser Nababan lagi.
Pendeta Deser Nababan mengungkapkan, saat ini pendeta Kampausen Manurung tengah fokus menjalani proses pemulihan kesehatan.
Sebab, sejak lima tahun lalu pendeta Kampausen pernah diserang strouke ringan. Alhasil, kini mulai pulih meskipun belum normal
Untuk itu Pendeta Nababan berharap, agar jemaat mendoakan cepat pulih seperti biasa.
“Tangiangkon hamu amang inang abang-on (pdt Kampausen) asa boi melayani songon najolo (Mohon doanya bapak ibu sama abangku ini supaya bisa melayani seperti dulu),” pungkasnya kepada jemaat seusai kebaktian.
Pewarta: Frengki
Editor. :Lestari