NATUNA | Warta Rakyat – Hingga kini masyarakat di Kelarik, Bunguran Utara, menaruh harapan besar kepada Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau (Kepri),.
Pasalnya, warga berharap agar pembangunan jalan trans Kecamatan Bunguran Batubi–Bunguran Utara, Natuna itu segera diselesaikan.
Hal tersebut disampaikan langsung oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Natuna, Ibrahim.
“Kami berharap mudah-mudahan ditahun 2021 mendatang, Pemerintah Provinsi bisa kembali menganggarkan untuk menyelesaikan lanjutan pembangunan jalan tersebut, sampai ke permukiman warga,” ujar Ibrahim, Sabtu (18/01/2020)
“Kemarin juga sudah kita sampaikan ke Pemerintah Provinsi, intinya kami minta cepat diselesaikan lah,” lanjutnya.
Ibrahim mengungkapkan, sangat miris melihat kondisi masyarakat Kelarik disebabkan dari dulu belum bisa merasakan jalan aspal seperti yang ada di daerah lain.
Padahal, lanjut Ibrahim, jalan tersebut merupakan akses utama jalan darat dan sangat penting bagi ribuan masyarakat Kelarik Kecamtan Bunguran Utara.
Ibrahim menyebutkan, bahwa tidak lama lagi akan memasuki bulan suci ramadhan 1441 Hijriyah, tentunya jalan tersebut menjadi akses utama bagi masyarakat ujung utara untuk membeli kebutuhan pokok sehari-hari mereka.
“Sekitar dua bulan lagi kita mau puasa, pasti warga Kelarik akan sering ke Ranai, untuk belanja kebutuhan selama bulan puasa dan untuk keperluan hari raya. Tentu akses jalan yang layak sangat dibutuhkan oleh masyarakat Kelarik,” ucapnya
Politisi PDI Perjuangan itu menjelaskan, bahwa tahun ini Pemerintah Provinsi Kepri akan membangun lanjutan jalan aspal Trans Batubi-Kelarik sepanjang 5 Kilometer.
“Artinya, masih ada sekitar 8 Kilometer lagi yang masih menjadi PR bagi Pemerintah Provinsi Kepri,” sebutnya.
Ia menuturkan, sebelumnya pemerintah Kabupaten Natuna, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR), juga telah mengucurkan anggaran darurat pada akhir tahun 2019 kemarin, sekitar Rp 100 juta.
Namun, kata Ibrahim, anggaran tersebut hanya dapat digunakan untuk memperbaiki jembatan darurat di Sungai Semala, dengan kontruksi yang terbuat dari kayu.
“Jembatannya memang sudah diperbaiki, tapi sifatnya masih sementara, karena tiangnya hanya terbuat dari cerucuk kayu, lalu pelantarnya papan. Itu pun masih tergerus oleh air, bahkan kalau hujan lebat, jembatan tersebut terbenam air sungai. Itu sangat beresiko bagi pengguna jalan,” tukasnya.