
TANJUNGPINANG | Warta Rakyat – Menyikapi polemik kasus dugaan rasis yang menimpa Bobby Jayanto, Pengamat Politik Provinsi Kepulauan Riau sekaligus Ketua Stisipol Raja Haji Tanjungpinang, Endri Sanopaka angkat bicara.
Endri Sanopaka mengatakan, penanganan kasus yang membelit Bobby Jayanto tidak sepenuhnya mengandalkan penyelesaian hukum.
Sebab, kata Endri, masih ada norma norma didalam masyarakat yang tidak tertulis juga bisa menjadi sebuah rujukan dalam penyelesaian masalah.
“Tapi kita tidak sepenuhnya bisa mengandalkan penyelesaian secara hukum saja. Norma sosial juga penting dan bisa menjadi solusi penyelesaian masalah kasus Pak Bobby Jayanto,” ujar Endri, Selasa (27/8).
Ia mengungkapkan, masyarakat perlu menyadari bahwa persoalan yang dihadapi Bobby Jayanto bisa saja terjadi kepada siapa pun. Tapi, jika tidak segera diselesaikan dengan pendekatan semua pihak, Kota ini pun memiliki kerawanan kalau bicara Rasis.
“Kita tentu menginginkan situasi Tanjungpinang khususnya tetap kondusif, dan citra positif kota kita ini yang selalu aman dan damai tetap terjaga,” ungkapnya.
“Memang dugaan rasisme yang dituduhkan kepada pak Bobby ada diatur didalam Undang-Undang yang menyangkut pada hukum publik karena dampaknya seperti yang kita saksikan bersama,” sambung Endri.
Ia menambahkan pernyataan Bobby Jayanto bagi sekelompok masyarakat tentu melukai hati masyarakat bahkan hingga membekas.
Namun, pernyataan maaf secara terbuka yang disampaikan Bobby Jayanto yang mengakui khilaf dan mungkin tidak punya tendensi untuk berbicara rasis juga menjadi pertimbangan semua pihak.
“Saya rasa sangat positif kalau ada pihak-pihak yang mencoba menjadi jembatan penyelesaian masalah ini diluar dari mekanisme hukum seperti yang telah dilakukan oleh Polda Kepri. Tetapi haruslah tetap mengedepankan etika dan kesantunan untuk kepentingan umum,” tutup Endri Sanopaka.
Terpisah, sebelumnya Bobby Jayanto mengungkapkan, sejak bergulirnya kasus dugaan rasis Bobby yang dikenal periang dan enjoy ini mengaku sedih dan galau lantaran dibully sejumlah haters di media sosial facebook.
“Munculnya kasus saya ini betul-betul sangat mengganggu kehidupan saya sehingga arah saya pun jadi nggak tentu arah. Jadi galau lagi pemikiran,” ucap Bobby, Sabtu (24/8) saat menjawab sejumlah awak media terkait kurangnya keterbukaan dirinya terhadap sejumlah media saat hendak dikonfirmasi beberapa hari yang lalu.
Bahkan Ketua DPD Partai NasDem Kota Tanjungpinang ini memilih lebih banyak berdiam diri. Selain itu, komunikasi politiknya juga terabaikan hanya untuk menyelesaikan kasus tersebut.
Ia mengungkapkan, tidak sedikit pun terbersit untuk melukai perasaan masyarakat, apalagi untuk membeda-bedakan. Dirinya hanya ingin meminta agar supaya 2 caleg terpilih yang notabene kadernya itu memperjuangkan aspirasi kegiatan dragon boat.
“saya hanya meminta dua caleg terpilih dari Nasdem untuk memperjuangkan even dragon boat. Tidak mungkin orang lain memperjuangkannya,” katanya.
Ia mengutarakan, meskipun telah mengungkapkan permohonan maaf secara langsung kepada masyarakat, baik melalui media sosial dan media online secara tidak langsung dirinya telah mendapatkan hukuman sosial di masyarakat.
Sehingga perbuatan baik yang dilakukannya selama ini seperti tidak bermakna.
“Secara tidak langsung karena saya merasa saya tidak ada unsur kesengajaan tapi saya telah mendapatkan hukum sosial ini yang membuat saya merasa sendiri bersalah
Jadi apa yang selama ini saya lakukan itu seperti enggak ada artinya dengan satu kesalahan ini.
Padahal sebelumnya saya sudah coba mengutarakan itu melalui beberapa media online sama mengklarifikasi dan meminta maaf. Kita sudah mengakui kesilapan kita keseleo dan pada waktu itu masih bulan Syawal,” pungkasnya.
Penulis : Frengki
Editor. : Frengki