TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT – Perekonomian Kepulauan Riau (Kepri) terus menunjukkan momentum positif di tengah ketidakpastian global yang masih dipengaruhi tensi dagang AS–Tiongkok dan kebijakan proteksionisme yang menekan arus perdagangan.
Di tengah situasi tersebut, Kepri mampu mencatat pertumbuhan ekonomi impresif sebesar 7,48 persen (yoy) pada triwulan III 2025, jauh melampaui rata-rata nasional 5,04 persen (yoy).
Capaian ini menempatkan Kepri sebagai provinsi dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi di Sumatera dan peringkat ketiga secara nasional.
Dorongan utama pertumbuhan berasal dari sektor industri pengolahan yang berkontribusi 40,54 persen, sementara dari sisi permintaan domestik, investasi (PMTB) mendominasi dengan porsi 45,35 persen.
Stabilitas inflasi turut mendukung daya beli masyarakat, tercermin dari inflasi Kepri yang berada pada level 3,01 persen (yoy) pada Oktober 2025. Namun, tantangan pemerataan kesejahteraan masih terlihat dari Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) yang mencapai 6,45 persen dan rasio gini di level 0,382—keduanya lebih tinggi dari rata-rata nasional.
Sementara, Nilai Tukar Petani (NTP) mencapai 103,89 dan Nilai Tukar Nelayan (NTN) tercatat 102,60. Sebagai wilayah kepulauan, Kepri perlu mewaspadai risiko eksternal seperti perubahan iklim laut dan praktik illegal fishing di wilayah perbatasan yang dapat menekan produktivitas nelayan.
Pembangunan Manusia di Kepri Tetap Menunjukkan Kemajuan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tahun 2025 berada pada level 80,53 dan masuk kategori sangat tinggi, mempertahankan posisi sebagai yang terbaik di Sumatera selama tujuh tahun berturut-turut.
Selain itu, tingkat kemiskinan yang turun ke level 4,44 persen memperkuat fondasi kesejahteraan masyarakat. Meski demikian, penurunan ketimpangan pendapatan dan penciptaan lapangan kerja tetap menjadi prioritas agar manfaat pertumbuhan ekonomi dapat dirasakan secara lebih merata.
Dari sisi perdagangan luar negeri, Kepri mencatat kinerja yang solid. Nilai ekspor pada September 2025 mencapai US$1.934,44 juta, terutama dari komoditas industri pengolahan. Sementara itu, nilai impor sebesar US$1.783,55 juta menghasilkan surplus neraca perdagangan sebesar US$151,89 juta. Surplus ini memberikan dukungan bagi stabilitas nilai tukar dan ketahanan ekonomi regional.
APBN Kepri Tetap Solid, Pajak Menjadi Motor Penerimaan
Dalam Rapat ALCo Regional Provinsi Kepri November 2025, dilaporkan bahwa realisasi Pendapatan Negara hingga 31 Oktober 2025 mencapai Rp10.973,55 miliar atau 60,77 persen dari target. Penerimaan Perpajakan menjadi kontributor utama dengan capaian Rp8.789,13 miliar atau 80 persen dari total pendapatan, tumbuh 3,36 persen (yoy).
Performa solid ini didukung aktivitas produksi dan konsumsi yang tetap kuat, serta transaksi domestik yang terjaga di tengah ketidakpastian global.
Dari sisi belanja, realisasi APBN Kepri sampai akhir Oktober 2025 mencapai Rp11.563,95 miliar atau 70,05 persen dari pagu.
Belanja Pemerintah Pusat mencatat kontraksi 27,08 persen (yoy) sejalan dengan kebijakan efisiensi anggaran. Belanja modal menjadi komponen dengan kontraksi terdalam, yaitu 69,76 persen (yoy), sementara belanja barang menjadi komponen paling dominan dengan realisasi Rp2.294,13 miliar atau 48,10 persen dari total belanja pusat.
Penyaluran Transfer ke Daerah (TKD) juga menunjukkan kinerja yang relatif stabil dengan realisasi Rp6.794,95 miliar atau 84,46 persen dari pagu. Hingga akhir Oktober 2025, TKD mencatat kontraksi 1,90 persen (yoy), terutama disebabkan penurunan pagu dan realisasi DAK Fisik yang ikut tertekan.






