Batik Bintan Tumbuh Bersama UMKM Lokal, Produksi Capai 50 Lembar per Bulan

Ketua DPRD Bintan Fiven Sumanti, Wakil Ketua DPRD Bintan Deby Maryanti dan Kapolres Bintan AKBP Yunita Stevani mencoba membatik saat Festival Pemuda Berkarya di Kijang, Selasa (28/10/2025). f: dewi/wartarakyat.co.idTiga pejabat wanita mencoba men

BINTAN | WARTA RAKYAT  — Di bawah kepemimpinan Tri Jatmiko, seorang pegiat batik asal Yogyakarta, Rumah Batik Bintan mulai menunjukkan eksistensinya di berbagai festival yang digelar Pemerintah Kabupaten Bintan. Tak hanya memamerkan hasil produksi, Rumah Batik Bintan juga aktif mengedukasi pengunjung dengan demonstrasi teknik membatik langsung di lokasi.

Berlokasi di Desa Ekang Anculai, Kelurahan Teluk Sebong, Kabupaten Bintan, Rumah Batik Bintan didirikan  oleh kelompok usaha beranggotakan 15 orang dan bermitra dengan PT BRC. Sejak awal tahun 2025, galeri mereka resmi dibuka untuk umum.

Tri Jatmiko menceritakan bahwa kecintaannya terhadap batik mendorongnya untuk mengembangkan motif khas Bintan, seperti gonggong, bintang laut, dan daun singkong yang menjadi inspirasi Batik Manez.

“Pertamanya karena memang saya dari dulu suka membatik. Kemudian kami mencoba mengembangkan motif-motif khas Bintan, seperti biota laut gonggong, bintang laut, dan khas daerah tempat tinggal kami di Ekang Anculai, yaitu Batik Manez yang terinspirasi dari daun singkong.”ujarnya belum lama ini.

Produksi batik Bintan saat ini mencapai sekitar 50 lembar per bulan, dengan pasar utama wisatawan dari kawasan Lagoi. Rumah Batik Bintan juga memberdayakan ibu-ibu sekitar sebagai tenaga kerja.

“Alhamdulillah produk kami sudah produksi dan market kami adalah turis dari kawasan pariwisata Lagoi karena lokasi kami dekat dengan Lagoi.” tuturnya.

Meski telah berjalan sejak 2019, tantangan tetap ada, terutama dalam hal bahan baku dan sumber daya manusia. Bahan batik masih didatangkan dari Jawa, dan pelatihan bagi warga lokal terus dilakukan.

“Untuk kendala utama memang bahan baku karena kita datangkan dari Jawa, di sini kan belum ada. Kedua masalah SDM, kita saat ini masih melatih ibu-ibu sekitar untuk bisa membatik.” jelas Jatmiko di kawasan Lapangan Relief Antam, Kijang, Bintan Timur, Selalsa (28/10/2025) lalu.

Rumah Batik Bintan telah mendapat pembinaan dari Dinas Pariwisata Kabupaten Bintan dan fasilitasi dari Kanwil Kemenkumham untuk mendaftarkan hak cipta Batik Manez. Tiga metode produksi digunakan: batik tulis, cetak, dan kombinasi keduanya.

Harga batik Bintan dibandrol mulai dari Rp300 ribu dengan ukuran 2 meter x 115 cm. Produk kainnya telah dikembangkan menjadi berbagai bentuk seperti baju, tas, topi, taplak meja, hingga hiasan dinding.

Dalam salah satu kegiatan membatik bersama, sejumlah pejabat daerah turut mencoba langsung proses membatik, termasuk Ketua DPRD Bintan Fiven Sumanti, Wakil Bupati Bintan Deby Maryanti, dan Kapolres Bintan AKBP Yunita Stevani.

“Ini pengalaman pertama saya membatik, agak sulit,” ujar Deby Maryanti.
“Kalau dulu kita pikir membatik itu sulit, karena bukan tradisi kita di Bintan. Tetapi sekarang sudah ada di Bintan, anak-anak kita sudah mengenalnya. Mudah-mudahan dengan motif-motif khas Bintan, batik tambah maju.” Sambung Fiven Sumanti.

Sebagai bentuk dukungan, seragam perkantoran di Bintan kini mulai menggunakan batik lokal. Harapannya, Rumah Batik Bintan dapat memperkaya khasanah perbatikan di Kepri dan menjadikan Ekang Anculai sebagai kampung batik yang berdaya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses