BINTAN | WARTA RAKYAT – Pendakwah Tanah Air Habib Husein Bin Ja’far Al Hadar mengisi acara Tabligh Akbar Hari Jadi ke-76 Kabupaten Bintan di Lapangan Relief Antam Kijang, Kecamatan Bintan Timur, Minggu (25/11/2024) malam.
Nama ustaz milenial itu dikenal oleh masyarakat luas dengan sebutan Habib Husein Ja’far. Diketahui, Habib Ja’far merupakan dai berdarah Madura. Ia disebut Habib karena tercatat sebagai keturunan Nabi Muhammad SAW.
Tabligh akbar itu, dihadiri oleh ribuan warga Kabupaten Bintan mulai kalangan anak-anak, remaja hingga orang dewasa serta unsur OPD, anggota legislatif maupun forkompinda.
Dalam ceramahnya, Husein Habib Ja’far mengatakan untuk mempertahankan sholawat serta pengajian dan istiqhfar dalam tabliqh akbar Hari Kelahiran Kabupaten Bintan berbagai kegiatan, niat dan tujuan positif.
“Dalam Alquran, Allah tidak akan mengazab suatu wilayah dan kaum yang ada di dalamnya selama mereka masih tabliqh akbar dan sholawatan,” tambahnya.
Menurut, sholawat itu merupakan kabar gembira, rahmat atas karunia yang Allah berikan kepada semua makhluk khususnya di Kabupaten Bintan.
“Katakan wahai Nabi Muhammad sampaikan kepada seluruh umat manusia bahwa atas karunia dan rahmat yang Allah berikan kepada kalian, maka bergembiralah kalian,” ucapnya.
Makna bergembira itu, kata Habib Ja’far adalah dengan cara berbagai aktivitas, niat serta tujuan yang baik diridhohi Allah dan rasulnya.
“Merayakan hari lahir Kabupaten Bintan bagian dari karunia dan rahmat Allah SAW, atas tanah kelahiran dan kita bermukim di negeri ini,” tuturnya.
Menurut Habib Ja’far, tabliqh akbar serta rangkaian HUT Bintan merupakan salah satu ibadah yang dilakukan oleh Nabi Muhammad. Yakni, nabi memperlihatkan kecintaannya terhadap kota kelahirannya dan pemukimannya Makkah Al-Mukarramah.
“Beliau (nabi) sangat mencintai kota kelahiran maupun kota beliau melakukan berbagai aktivitas seperti bekerja, berdakwah, memimpin, berdagang dan lain sebagainya,” terangnya. Habib Ja’far.
Dalam beberapa riwayat, kata Habib Ja’far, ketika Nabi Muhammad diusir oleh kaum musrik dari Makkah. Nabi sambil berdialog dengan Kota Makkah.
“Wahai Kota Makkah, seandainya orang-orang musrik itu tidak mengusir. Sungguh demi engkau, aku tidak pernah keluar walaupun satu langkah dari Makkah,” ceritanya.
Begitupun juga ketika Nabi Muhammad hijrah ke Madinah sangat mencintai kota tersebut. Hal itu dikatakan beberapa riwayat nabi.
“Ketika Nabi Muhammad ke Kota Makkah atau sebaiknya Kota Madinah, beliau saat melihat kota itu terlihat wajahnya senang dari wajahNya, saking begitu cintanya kepada kota kelahiran dan kota melakukan berbagai aktivitas IslamiNya,” tutupnya.
Diriwayatkan, Nabi Muhammad menangis hanya tiga kali. Pertama, ketika kehilangan orang-orang terkasihNya seperti wafatnya Sitti Hadijah. Berikutnya, membaca ayat-ayat suci Alquran. Ketiga, ketika mengingat Kota Makkah dan Kota Madinah, dan ia tetap bertanya kepada orang kondisi kedua kota itu.
“Dan Nabi Muhammad puasa setiap Senin yang merupakan hari lahir Nabi sebagai bentuk kecintaan dan kesyukurannya pada hari kelahirannya,” tutupnya.