TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT – Provinsi Kepulauan Riau (Kepri) saat ini memiliki beberapa rumah sakit yang memiliki fasilitas lengkap.
Namun di seluruh Indonesia, warga Provinsi Kepri diketahui sebagai yang paling banyak berobat ke luar negeri.
Setelah itu baru disusul warga dari Provinsi Kalimantan Barat, Riau, Sumatera Utara dan Aceh.
Umumnya warga ke-5 provinsi itu mengakses layanan Medical Check Up (MCU). Kemudian, pengobatan kanker, kesehatan reproduksi, bedah/operasi dan kesehatan tradisional. Dan, yang paling banyak dituju, adalah Malaysia.
Data itu diperoleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melalui Survei Kesehatan Indonesia (SKI) 2023.
Survei untuk melihat kondisi kesehatan masyarakat. Dan, minat warga berobat ke luar negeri menjadi salah satu topik yang diangkat dalam SKI.
Menurut Kepala Badan Kebijakan Pembangunan Kesehatan Kemenkes RI Syarifah Liza Munira ada beberapa penyebab warga Indonesia berobat ke luar negeri.
Di antaranya, fasilitas di negara tujuan lengkap, layanan sesuai harapan dan layanan itu cepat tepat dan akurat.
“Ini menjadi informasi bagi kita semua untuk mengetahui persis kebutuhan masyarakat dan bisa memberikan layanan di Indonesia sesuai ekspektasi masyarakat,” kata Syarifah Liza Munira pada acara Diseminasi Hasil SKI 2023, Rabu (12/6/2024).
Biaya Berobat di Malaysia Lebih Murah
Menjawab pertanyaan awak media kemampuan finansial menjadi penyebab warga Kepri berobat ke luar negeri, Rudy Chua, anggota DPRD Provinsi Kepri, mengatakan bukan soal itu.
Menurut Rudy ada beberapa penyebabnya. Pertama, biaya di Malaysia hampir sama atau malahan lebih murah dibandingkan dengan biaya rumah sakit swasta di kota-kota di 5 provinsi tersebut.
“Kedua, mereka berorientasi pelayanan terutama menargetkan warga terutama provinsi yang berbatasan dengan Malaysia.
Ketiga, kelengkapan diagnosis yang didukung labor dan peralatan kesehatan yang terbaru.
Ke-3 komponen di atas ditambah nilai plus sekaligus berwisata,” jelas Rudy Chua, politikus dari Partai Hanura Kepri.
Rudy menambahkan harga obat-obatan di rumah sakit di Malaysia juga lebih murah. Dan hampir semua obat paten impor di Malaysia harganya hanya 30-40 persen dari obat di Indonesia.
“Tadinya kita mengira ada subsidi pemerintah. Tetapi setelah dilakukan pembicaraan dengan beberapa CEO RS di Malaysia, ternyata mereka tidak mendapat subsidi dari pemerintah sama sekali,” ucap Rudy.