BATAM | WARTA RAKYAT – Curah hujan yang tinggi mengakibatkan sebagian daerah di Kota Batam terendam banjir dan longsor.
Tak terkecuali SMAN 21 Batam di Kabil yang gedungnya terancam roboh akibat longsor.
Anggota DPRD Kepulauan Riau, Wahyu Wahyudin pun langsung meninjau kondisi SMAN 21 Batam.
Selain mengancam gedung sekolah, potensi longsor juga mengancam pemukiman warga yang berdekatan dengan SMAN 21 Batam.
“RW 13 dan RW 18 yang terdampak. Rumahnya sangat berdekatan dengan bibir jurang SMA 21 Batam,” katanya.
Ketua Komisi II itu pun meminta agar Pemprov Kepri segera mengucurkan anggaran untuk mengantisipasi potensi longsor susulan.
“Saya terus mendorong Pemprov Kepri untuk mengeluarkan anggaran BTT. Karena itu ada di Kepri. Ini yang harus kami kejar dan harus secepatnya dilakukan,” pintanya.
Pada 2023 ini, lanjut dia, anggaran BTT Pemprov Kepri ada Rp 10 miliar dan sebagian memang sudah terpakai untuk perbaikan atap DPRD Kepri yang runtuh.
Ia pun berharap agar Pemprov Kepri menganggarkan pembangunan batu miring di SMAN 21 Batam pada APBD Perubahan 2023.
“Saya berharap akan ada tambahan untuk di APBD-P. Paling tidak ada untuk batu miring. Melihat kondisi dan situasi, kami meminta Disdik realisasikan batu miring di SMAN 21,” harapnya.
Kepala Sekolah SMAN 21 Batam, Dwi Sulistiyani menuturkan, pembangunan batu miring perlu segera dianggarkan.
Ia menceritakan, sebelumnya tanah longsor pernah masuk ke rumah warga, bahkan mobil Ketua RT pernah tertimbun longsor.
Diketahui, SMAN 21 Batam berdiri di tanah yang lebih tinggi dari permukiman warga, sehingga otomatis tanah longsor menggelinding menimpa rumah warga.
“Mobil Pak RW pernah sampai tertimbun tanah. Pernah juga motor warga tertimbun tanah. Bahkan pernah juga masuk ke rumah warga tanahnya. Kita sering di komplain warga. Tapi mau gimana lagi, mana ada dana kita langsung cepat diperbaiki,” terangnya.
Sulistiyani menjelaskan, apabila Kota Batam dilanda hujan deras secara terus menerus, SMAN 21 Batam memang menjadi langganan longsor. Namun tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar di sekolah.
“Tapi wilayah sekolah yang mepet dengan permukiman itu di wilayah WC, di bawah lab Fisika, di bawah rumah dinas, di bawah ruang tata usaha dan ruang kepala sekolah,” jelasnya.
Ia menambahkan, pihaknya memang sangat membutuhkan pemasangan batu miring di seputaran sekolah agar tidak berdampak ke rumah warga.
“Kami sudah laporkan ke Dinas, Komite Sekolah dan Anggota Dewan. Memang membutuhkan batu miring,” katanya.
Sulistyani berharap dalam pada 2023 ini pemerintah bisa memasang batu miring di seputaran sekolah.
Tak hanya pemerintah ia berharap ada perusahaan sekitar Kabil yang dapat membantu pembangunan batu miring melalui dana CSR.
“Kita kalau berharap ke pemerintah full mungkin anggarannya terbatas. Saya berharap ada bantuan juga dari CSR perusahaan yang ada di Kabil,” harapnya.