TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT – Ketua Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Pemuda Batak Bersatu (PBB) Kota Tanjungpinang, Prengki Simanjuntak, S.IP menegaskan di hari Sumpah Pemuda ke-94 tahun ini harus dijadikan momen penting untuk berikrar agar tetap melangkah melakukan kebaikan ditengah-tengah masyarakat.
Selaku pimpinan organisasi di Kota Tanjunngpinang, ia sadar bahwa saat ini banyak tantangan dan cobaan yang marongrong menjatuhkan pribadi dan nama baik orgamisasinya untuk kepentingan tertentu.
Namun diyakinnya bahwa Tuhan masih memberikan hikmat dan kesabaran kepada dirinya dengan mampu mengendalikan dan mendewasakan diri untuk menghadapi tantangan yang datang silih berganti.
Prengki mengungkapkan akan melangkah terus meskipun ada segelintir orang yang tidak menyukai dirinya dan rekan-rekannya untuk berbuat hal-hal yang positif kepada masyarakat.
“John Wesley mengatakan bahwa kita tidak bisa melarang burung-burung terbang di atas kepala kita. Tetapi kita bisa memastikan, mereka tidak akan membuat sarang di kepala kita,” ujar Prengki Simanjuntak, yang juga Direktur Utama PT Warta Rakyat Indonusa ini, Kamis (27/10/2022) sore.
Adapun maksud dari kalimat tersebut, imbuhnya, bahwa ia tidak bisa melarang orang-orang membicarakan dirinya, lantaran di dalam lingkungan yang serba berubah, di dalam lingkungan yang penuh dengan teknologi informasi dan intern of thinks yang begitu banyak.
“Apapun yang kita lakukan cenderung mendapat perhatian dari orang lain, baik kita bertingkah laku positif tetap akan dibicarakan apalagi kita bertingkah laku yang buruk dan negatif tentu menjadi bahan pembicaraan. Masalahnya sekarang adalah apakah perilaku kita ditentukan oleh pembicaran orang lain. Apakah apa yang kita lakukan dikendalikan oleh pendapat orang lain. Jawabannya tidak,” ucapnya.
“Kita bertanggung jawab kepada diri kita sendiri,” sebutnya.
Ia menuturkan, setiap perbincangan orang lain, setiap pergunjingan yang didengar ada baiknya berdiam diri dan tidak langsung bereaksi.
“Kalau memang ada benarnya segera kita melakukan evaluasi diri. Kalau memang itu tidak benar, maka kita harus klarifikasi, berikan jawaban yang sebenarnya atau kebenaranya, setelah itu kita berdiam diri. Hak mereka untuk membicarakan kita. Tapi hak kita untuk memastikan bahwa pembicaraan mereka tidak akan mengendalikan pikiran kita, tidak akan menguasai kita sehingga kita stres gara-gara mereka,” ungkapnya.
“Mari kita lebih banyak waktu untuk mengoreksi diri, mengevaluasi diri, dan kita bisa terus bersyukur. Lama kelamaan ketika yang benar itu terus kita lakukan maka dia akan muncul sebagai terang dan dunia akan melihat kebenaran yang kita lakukan,” tutupnya.