TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT -Generasi muda yang sehat dan berkecukupan gizi menjadi salah satu modal utama untuk menyongsong Indonesia Emas tahun 2045. Demi mewujudkan generasi muda yang sehat, Kementerian Kesehatan RI menggagas Gerakan Nasional Aksi Bergizi pada tanggal 26 Oktober 2022.
Di Provinsi Kepulauan Riau, Gerakan Nasional Aksi Bergizi digelar di Aula Wan Seri Beni, Dompak, Tanjungpinang, Selasa (26/10), yang dihadiri langsung Gubernur Kepri H. Ansar Ahmad dan Ketua TP-PKK Kepri Hj. Dewi Kumalasari Ansar.
Gerakan Nasional Aksi Bergizi digelar dalam rangka menekan kasus stunting di Indonesia melalui pemberian tablet penambah darah kepada seluruh remaja putri di Indonesia. Stunting merupakan kondisi gagal tumbuh pada balita karena kurangnya asupan gizi, infeksi berulang, hingga kurangnya stimulasi gizi.
Pemerintah telah menetapkan target capaian angka stunting di Indonesia pada 2024 ditekan hingga 14 persen, dari 24 persen pada 2021. Berdasarkan data stunting Kemenkes, setiap bayi yang lahir memiliki 23 persen risiko stunting dengan panjang badan di bawah 48 persen. Sisanya, 77 persen atau hampir 80 persen terjadi sesudah lahir. Sehingga perlu ada dua intervensi, yakni sebelum dan sesudah kelahiran.
Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan langkah pencegahan untuk stunting dilakukan dengan memastikan remaja putri di Indonesia saat ini terpenuhi gizinya dan tidak kekurangan darah merah.
“Kalau remaja putri Indonesia saat ini sudah kekurangan darah dan gizinya kurang, maka saat kehamilan nanti resiko janin tersebut kena stunting bisa lebih besar, ini yang sangat kita antisipasi dengan pemberian tablet tambah darah,” kata Budi Sadikin.
Dalam Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 mengatur tentang ketentuan remaja putri menerima TTD, karena kondisi gizi bayi sebelum dilahirkan perlu diperbaiki. Data Riset Kesehatan Dasar (Rikesdas) 2018 yang dihimpun Direktorat Kesehatan Masyarakat Kemenkes RI melaporkan, kasus anemia atau kurang darah pada remaja masih cukup tinggi, berkisar di atas 20 persen dari total populasi usia remaja.
Pada usia 5 hingga 14 tahun, kasus anemia 26,8 persen, usia 15 hingga 24 tahun 32 persen. Selain itu, jumlah remaja putri yang memperoleh TTD dalam 12 bulan terakhir berkisar 76,2 persen, tapi hanya 1,4 persen yang mengonsumsi TTD sesuai anjuran.
Gubernur Ansar dalam kesempatan tersebut mengatakan Pemerintah Provinsi Kepulauan Riau akan menggalakkan konsumsi tablet tambah darah secara rutin setiap satu minggu sekali di seluruh sekolah. Pemenuhan gizi juga diperhatikan dengan seksama termasuk pola hidup bersih dan sehat di setiap sekolah.
“Kita ingin anak-anak di Kepri bisa terus sehat dan nantinya juga melahirkan generasi yang cerdas di masa depan, saya akan memberikan instruksi langsung ke Kepala sekolah agar aksi ini benar-benar berjalan dan dilaksanakan,” katanya.
Dari hasil survei Status Gizi Balita Indonesia (SSGBI) melaporkan bahwa selama tahun 2021 telah terjadi peningkatan prevalensi angka stunting di Kepri, yaitu dari 16,8 persen menjadi 17,6 persen. Provinsi Kepri masih berada di posisi terbaik keempat berdasarkan Hasil Riset Status Gizi Balita Indonesia (SSGI) Tahun 2021 se-Indonesia untuk temuan kasus balita dengan status pendek (stunting). Setelah Bali, DKI dan Yogyakarta. Kemudian berdasarkan hasil analisis persentase pendek (stunting) pada anak balita Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2021 dengan target sebesar 20 persen dapat tercapai sebesar 17,6 persen sehingga capaian kinerja sebesar 113,6 persen atau dalam kategori sangat baik.