
TANJUNGPINANG | WARTA RAKYAT — Walikota Tanjungpinang Hj Rahma menghaturkan turut berdukacita atas meninggalnya pasien terpapar virus Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) di Tanjungpinang sejak Tahun 2020 hingga 2021 ini.
Bahkan satu bulan terakhir ini jumlah pasien yang meninggal meningkat dari sebelumnya.
Rahma berdoa dan mengajak masyarakat mendoakan agar kabar menyedihkan dari pasien Covid-19 tidak ada lagi di Tanjungpinang.
Ia mengaku menerima pengaduan dari masyarakat terkait biaya pemakaman pasien yang meninggal setelah terpapar virus Covid-19.
Terkait hal ini, ia menegaskan bukan pungutan liar (Pungli) atau bahkan terkesan dibisniskan.
“Biaya itu bukan Pungli. Kami juga tak ada niat mau bisniskan. Pada umumnya juga biaya penggalian makam dibebankan ke pihak keluarga. Jadi bukan hanya pasien meninggal terpapar virus Corona,” ujarnya belum lama ini.
Rahma mengatakan, warga mengira bahwa biaya pemakaman pasien terpapar virus Corona ditanggung pemerintah.
Diakuinya, tahun lalu program tersebut benar ada namun bukan dari pemerintah daerah, melainkan terpusat atau program pemerintah pusat.
“Ini program pemerintah pusat tahun lalu, tepatnya saat virus Corona terdeteksi di Indonesia dan menimbulkan banyak korban,” ucapnya.
Rahma mengakui di Tanjungpinang sendiri tahun ini program pengratisan biaya pemakaman tidak ada. Utamanya karena tidak dianggarkan seperti sebelumnya, begitu juga daerah.
“Biaya pemakaman pasien meninggal terpapar virus Corona dan umum ditanggung pihak keluarga. Hal ini dikarenakan kemampuan anggaran daerah juga terbatas,” ucapnya lagi.

Lanjutnya, saat ini Pemko Tanjungpinang fokus kepada pencegahan dan penanganan pasien terpapar virus corona serta meningkatkan perekonomian masyarakat.
‘Fokus kita kepada pencegahan dan penanganan. Harapannya bisa menurunkan jumlah pasien dan menyebuhkan yang terpapar virus ini,” tuturnya.
Ditambahkannya, kemampuan anggaran saat ini juga terbatas, sebab ada beberapa sumber anggaran dari pusat yang semula direncanakan akan disalurkan ke pemerintah daerah, namun ditunda.
Hal itu menurutnya juga mempengaruhi kemampuan keuangan daerah. Hal ini yang terus diupayakan TAPD agar program utama atau penting bisa dijalankan.
“Beberapa program yang belum mendesak kami juga tunda, kami alihkan ke program yang lebih penting. Kesehatan dan penguatan ekonomi di luar hal-hal lain yang juga diperlukan,” tuturnya.
Kepala Dinas Pertamanan dan Permukiman (Perkim) Kota Tanjungpinang, Djasman menuturkan, biaya pemakaman warga yang meninggal sampai saat ini masih ditanggung keluarga.
Hal ini dikarenakan petugas penggali makam bekerjasama dengan pihak ke tiga. Mereka bukan tenaga harian lepas (THL) Pemko Tanjungpinang.
‘Ini bukan hal baru, dari dulu demikian. Jika nanti diusulkan agar biaya pemakaman gratis ini perlu dibahas bersama terlebih dahulu. Serta tentu melihat kemampuan keuangan daerah juga,” tuturnya.
Terkait mengusulkan biaya pemakaman pasien terpapar virus korona digratiskan, hal ini juga perlu dibahas bersama, tentunya secara kemampuan keuangan daerah dan teknisnya.
Misalnya apakah yang ditanggung hanya warga Tanjungpinang atau juga semua pasien yang meninggal terpapar virus corona di Tanjungpinang.

Ia menuturkan tak bisa dipungkiri sebagai Ibukota Provinsi Kepri ada juga pasien dari luar daerah di Kepri yang meninggal dan dinyatakan terpapar virus corona di Tanjungpinang.
Terkait kasus seperti ini, apakah biaya pemakaman ditanggung Pemko Tanjungpinang atau tidak, dengan tegas Djasman menyebut ditanggung oleh keluarga.
‘Sampai saat ini, pasien terpapar virus Corona masih ditanggung keluarga,” tuturnya.
Kemudian saat disinggung terkait besaran dan peruntukan biaya senilai Rp1,5 juta, ia menuturkan biaya tersebut diberikan kepada petugas yang bekerja bisa lebih dari dua orang, bahkan empat orang sekaligus.
Hal ini, lanjutnya, dikarenakan perlu mengejar waktu agar pasien meninggal terpapar virus corona bisa dimakamkan sesuai prosedur dan cepat.
“Proses pemakaman pasien yang meninggal terpapar virus corona harus lebih cepat dilaksanakan, maka petugasnya lebih banyak. Berbeda dengan umum lainnya masih punya tenggang waktu lebih,” ucapnya.
Ia memastikan biaya pemakaman tersebut tidak pungli melainkan diberikan langsung kepada petugas penggali.

Anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Tanjungpinang, Reni mengaku menerima aduan dari warga. Ia pun mengerti kenapa biaya pemakaman tersebut lebih besar karena petugasnya lebih dari dua orang.
Meski demikian, ia menyarankan kepada pemerintah agar ke depannya biaya pemakaman pasien terpapar virus corona bisa ditanggung Pemko.
Hal ini karena stigma ditengah masyarakat bahwa seluruh biaya perobatan bahkan pemakaman ditanggung pemerintah sama seperti tahun lalu.
Tak lupa Reni mengingatkan kepada warga agar tetap menjaga protokol kesehatan.
“Saya tahu ini bukan pungli, namun ini menjadi masukan agar kedepannya bisa dianggarkan. Khususnya kepada pasien meninggal terpapar virus corona. Terkait teknisnya nantinya bisa dibahas bersama,’ ucapnya.
Catatan redaksi:
Judul artikel ini telah diganti menjadi “Maaf, Biaya Makam Pasien Corona Ditanggung Keluarga”. Adapun judul sebelumnya yakni “Rahma: Maaf, Biaya Makam Pasien Corona Ditanggung Keluarga”.