SEBETULNYA Hadi (60), lebih pantas jadi ayahnya, karena Minul (21), sebagai istri usianya begitu muda. Tapi Minul rela saja, sebab banyak guyuran harta ke dirinya dan orangtuanya.
Tapi baru 2 tahun menikah, ketahuan istri pertama Mbah Hadi. Dia dipaksa menceraikan Minul. Bagi Minul tak masalah, wong sudah dapat rumah dan mobil.
Cewek matre ketemu lelaki kaya doyan perempuan, klop sudah. Tapi yang begini ini tidak selalu ketemu. Banyak perempuan matre tapi ketemu lelaki ekonomi pas-pasan, akhirnya ya sekedar jadi pelampiasan tanpa banyak imbalan.
Sebaliknya, lelaki kaya sebetulnya juga tak suka dengan perempuan matre, yang menuntut nikah resmi sekedar untuk memperoleh hak waris. Kalau mau ya sekedar jual beli, selesai kebutuhan langsung dibayar tunai, selesai.
Tapi Minul dari Surabaya ini kebetulan ketemu kakek-kakek kaya, tapi bodo. Diminta nikah resmi agar tercatat di KUA, Mbah Hadi mau saja. Maka dua tahun lalu benar-benar terjadi pernikahan njomplang, meski hanya nikah sederhana.
Ketika akad nikah berlangsung di rumah bukan di gedung, banyak tamu membantin. “Apa Mbah Hadi ini masih rosa-rosa macam Mbah Marijan?”
Minul sudah siap dengan resikonya, bakal dicemooh keluarga dan tetangga. Memangnya stok lelaki di Surabaya sampai Lebaran tidak aman, kok mau menikah dengan situa bangka, meski kaya.
Sebetulnya ya karena kekayaannya tersebut Minul mau dinikahi Mbah Hadi. Pikir Minul, “Ah paling nantinya sekedar untuk teman tidur, bukan bertempur.” Ternyata dugaan Minul meleset total.