SUNGGUH Majid (30), dibikin malu gara-gara urusan kemaluan! Kesepian karena sudah berbulan pisah ranjang, dia cari PSK lewat mucikari.
Tapi begitu boking kamar hotel untuk begituan, yang bugil di kamar justru bini sendiri, Hartinah (28). Kontan gairahnya ngedrop ke 110 volt, bahkan suami istri itu ribut sampai dilerai Satpam hotel.
Antara benggol dan bonggol sering selalu bersinggungan dan berjalan seiring. Maksudnya begini. Jika banyak benggol, seorang lelaki akan terjamin bonggolnya karena bisa mencari calon istri model apa saja.
Itu terjadi karena kaum wanita mencari pasangan hidup rata-rata mempertimbangkan benggolnya dulu, baru urusan bonggol. Tapi dalam rumahtangga, jika urusan benggol dan bonggol tak berbanding lurus, juga bisa ribut melulu.
Majid yang tinggal di Manukan, Surabaya ini, rupanya tidak bahagia dalam urusan “permanukan”. Soalnya, sudah berbulan-bulan Hartinah istrinya tak mau menjalankan kewajibannya paling hakiki sebagai ibu rumahtangga.
Dia ogah melayani suami di ranjang gara-gara jarang diberi uang belanja. “Enak saja, bonggol minta selalu terjamin, tapi benggol jarang diberi.” Kata Hartinah membela diri.
Maklum, sebagai suami Majid penghasilannya tak menentu. Dalam kondisi pas-pasan demikian, masih juga jadi penganut aliran kebatinan.
Maksudnya, jatah nafkah batin untuk istrinya selalu dipasok, meski kata Hartinah stok masih aman sampai Lebaran mendatang.
Sebetulnya si istri juga menyadari bahwa itu hak suami, tapi memangnya kebutuhan istri hanya melayani urusan di bawah perut. Urusan perut kan juga sangat penting.
Untuk memperoleh haknya, berulangkali Majid protes pada istrinya dengan memaparkan segala posita dan petitumnya.
Sayangnya, semua dalil yang disampaikan Majid selalu dikesampingkan oleh istrinya. Bedanya dengan MK adalah, jika di MK palu selalu dipegang ketua majelis hakim, sedangkan di sini “palu”-nya justru dipegang Majid selaku pemohon.
Tapi meski diembargo oleh istri, Majid tak juga menambah uang belanja. Akhirnya Hartinah purik (tinggalkan rumah), kembali ke orangtuanya.
Kontan penderitaan Majid semakin berkepanjangan, tiap malam hanya gedabigan (gelisah) bersama bantal guling tanpa makna. Lama jauh dari istri, mendadak suhu udara di Surabaya menurut perasaan Majid jadi 9 drajat di bawah nol sebagaimana di Dieng, Wonosobo.
Putus asa istrinya tidak mau kembali, Majid cari “tamba anget” dengan menghubungi mucikari untuk dicarikan PSK buat ngetap olie.
Harga pun disepakati Rp750 ribu bebas PPN. Majid pun bergegas ke hotel untuk berkoalisi sekaligus eksekusi. Dibanding dengan ayam kampus yang sampai Rp 2 juta, ini memang jauh lebih murah, harga yang sangat kompetitif.
Tapi begitu masuk kamar hotel, mak jegagik…….Majid kaget sendiri. Yang tergolek nan merangsang kok justru istri sendiri, Hartinah. Dia juga sama kagetnya. Kaget sama kaget, langsung voltase ngedrop.
Tadinya gairah Majid sudah sampai 500 volt, kini tinggal 110 volt persis listrik jaman Orde Lama. Maklum sama-sama malu.
Kini baru tahu bahwa diam-diam istrinya jadi PSK. Sebaliknya Hartinah juga baru nyadar bahwa suaminya jadi lelaki hidung belang.
Nah, akhirnya suami istri ini ribut, meski semua mengaku baru nomer perdana, belum pernah melayani pelanggan yang lain. Keributan itu sampai terdengar keluar, sehingga Satpam hotel pun mencoba meleraikannya.
Ujung dari pertikaian di kamar hotel itu adalah kesepakatan untuk bercerai, meski sebetulnya Majid masih sayang pada istrinya. Tapi bagi Hartinah, sayang-sayang jika hanya berupa bonggol tanpa benggol, ya matur nuwun, tak ada artinya.
Bagi Hartinah, jalan terbaik hanya satu, gugat cerai ke Pengadilan Agama Surabaya.
Memangnya lelaki di Surabaya hanya Majid seorang ya mbak? (*/Gunarso TS)
(*)
Sumber: Poskotanews.com