TANJUNGPINANG | Wartarakyat.co.id – Bagi umat Hindu, Hari Raya Nyepi merupakan hari yang penuh kesucian dan refleksi diri. Dirayakan pada hari pertama yang dihitung berdasarkan kalender Saka.
Bertepatan dengan perayaan bagi umat Hindu ini, Perayaan Nyepi biasanya diadakan beberapa rangkaian upacara adat dari hari-hari sebelumnya.
Di Indonesia, mayoritas masyarakat yang merayakan Nyepi merupakan masyarakat yang tinggal di Bali ataupun keturunan Bali. Meski demikian Hari raya Nyepi ini pun diperingati oleh seluruh umat Hindu di Indonesia.
Namun Perayaan Nyepi paling kental biasanya terasa di Bali, karena saat Nyepi masyarakat yang berada di Bali dilarang beraktivitas atau bahkan sekedar menyalakan lampu.
Pada pelaksanaan tersebut, Komandan Kodim (Dandim) 0315/Bintan, Letkol Inf. I Gusti Bagus Putu Wijangsa yang merayakan Hari Raya Nyepi mengatakan, bahwa perayaan Nyepi tahun ini bagi keluarganya dan juga umat Hindu lainnya di Tanjungpinang sangat berkesan.
“Kita mengapresiasi kondisi keragaman budaya dan agama yang ada di Tanjungpinang. Kita bangga dengan keharmonisan masyarakat yang ada,” kata Dandim dalam Open House Perayaan Nyepi di Makodim 0315/Bintan, di Batu 7, Sabtu (09/03/2019).
Kegiatan Open House ini juga bukan atas permintaan Dandim, tapi para jajaran kodim mempersiapkan sebagai bentuk peringatan perayaan Nyepi kepada masyarakat.
“Artinya ini adalah apresiasi dan toleransi atas pruralisme yang ada di masyarakat kita,”pungkasny.
Dalam perayaan tersebut Dandim mengaku tidak ada aktivitas khusus yang dilakukan dalam menyambut perayaan Nyepi. “Dalam memperingati Nyepi ini saya hanya melaksanakan ibadah sembahyang saja, tidak ada aktivitas khusus,” ujarnya.
“Perayaan Nyepi ini kami lakukan persembahyangan di Pura Bintan, Uban dan di Bukit Tengkorak dapat berjalan dengan baik dan aman. Kita berterima kasih kepada masyarakat dan semua pihak,” sambung Dandim.
Dandim pun berterima kasih karena perayaan Nyepi secara umum dapat berjalan dengan baik, aman dan lancar.
Dalam kesempatan itu Dandim juga mengharapkan agar masyarakat Tanjungpinang dan Bintan dapat tetap menjaga perdamaian dan kerukunan terutama di tahun politik sekarang ini.
Hari Raya Nyepi
Awal dari tahun “Caka” Tahun Baru Hindu Bali dirayakan oleh umat Hindu selama enam hari, dengan pawai ogoh-ogoh setelah matahari terbenam di hari kedua dan Nyepi, hari keheningan, jatuh di hari ketiga.
Nyepi adalah hari dimana umat Hindu Bali menetapkan dirinya untuk lebih dekat kepada Tuhan (Hyang Widi Wasa) melalui sembahyang, puasa dan meditasi dengan tambahan introspeksi diri, untuk mengevalusi nilai pribadi seperti cinta, kebenaran, kesabaran, kebaikan, dan kemurahan hati.
Perayaan keagamaan ini lebih besar dan meriah dalam satu tahun dibandingkan yang lain.
Ada mitos bahwa setelah perayaan yang meriah dan gegap gempita selama hari 1 dan 2, pulau ini bersembunyi untuk melindungi diri dari roh jahat, menipu mereka agar percaya bahwa Bali terselimuti ketenangan dan sunyi, adalah pulau tak berpenghuni.
Mitos ini berasal dari jaman legenda mengenai roh jahat, Dewa-dewa, pahlawan dan penyihir.
Sehari setelah Nyepi, dikenal sebagai Ngembak Geni, aktifitas kembali seperti sedia kala, keluarga dan teman berkumpul untuk saling memaafkan satu sama lain, dan untuk melakukan ritual ibadah bersama.
Meskipun Nyepi merupakan perayaan Hindu, penduduk non-Hindu Bali juga menjalaninya, sesuai keadaan mereka sebagai sesama warga Bali.
Hari Nyepi seperti sebagian besar festival keagamaan dan hari suci Bali selalu ditandai berdasarkan penanggalan Bali (Caka atau Saka) Satu tahun penuh dalam penanggalan Bali terdiri dari 12 sasih (bulan Bali). Tiap bulan (sasih) terdiri dari 35 hari yang biasanya adalah siklus penuh bulan baru (bulan mati atau Tilem) dan satu bulan purnama (Purnama)