TANJUNGPINANG | Wartarakyat.co.id – Sekilas ada pandangan yang berbeda jika kita berkunjung untuk menikmati ruang terbuka hijau di area Laman Boenda Kota Tanjungpinang pada akhir pekan.
Bagaimana tidak pandangan mata kita akan tertuju pada salah satu sepanduk lusuh dan bekas yang bertuliskan “Mari Matikan TV Mulailah Membaca”.
Kata-kata itu seolah mampu menghipnotis pembacanya untuk mendekati objek yang akan dituju.
Tampak sejumlah pegiat literasi yang terdiri dari beberapa mahasiswa Kota Tanjungpinang sedang sibuk menata buku-buku bacaan, sembari membaca dan berdiskusi. Selain itu ada juga yang mengajar anak-anak para pengunjung dan beberapa anak-anak para pedagang kaki lima ikut bermain.
Beni Oloan Marpaung salah satu penggagas Lingkar Literasi Tanjungpinang, dalam perbincangannya dengan Wartarakyat, Rabu (20/2/19) mengatakan pembentukan Komunitas Lingkar Literasi pada pertengahan Agustus 2018 bermula saat melihat rendahnya minat baca mahasiswa di kampus STISIPOL Raja Haji Fisabililah kala itu. Hal itulah yang menggugah niat mereka untuk membentuk wadah Komunitas Lingkar Literasi.
Namun belakangan niat sederhana itu kurang mendapatkan respon maupun simpati dari mahasiswa hingga akhirnya mendorong mereka untuk mencoba hal baru melapakkan buku diluar kampus sembari memberikan edukasi non formal dengan sasaran masyarakat khususnya anak-anak.
“Iya intinya membangun tak semudah merusak, akhirnya kami fokus kepada masyarakat dan terbuka buat siapa saja yang ingin membaca. Hal lain yang kami lakukan mewarnai dan memberi edukasi non formal untuk anak-anak khususnya anak-anak pedagang,” ucap Beni.
Kendati demikian, sambung beni saat ini pihaknya masih banyak kekurangan koleksi buku.
“contohnya saja koleksi buku anak-anak masih kurang ditambah lagi crayon dan buku mewarnainya, belum lagi minimnya penerangan di Laman Boenda bila malam. Selain itu transportasi dan wadah untuk membawa buku-buku kita sampai saat ini masih mengandalkan sepeda motor dan kardus,” Ujarnya.
Dikatakannya kembali saat ini ada sekitar 300 jumlah buku yang tersedia adengan berbagai jenis, mulai dari buku-buku pengetahuan umum, biografi, ilmu agama, novel, majalah anak-anak serta budaya dan sejarah.
Komunitasnya juga memperbolehkan buku-buku untuk dipinjam atau dibawa pulang oleh pengunjung dengan syarat menukar (barter) dengan buku yang dimilikinya atau yang telah dibawa sebelumnya.
Kini Beni dan komunitasnya berharap agar pemerintah Kota Tanjungpinang juga turut mendukung dan peduli tehadap gerakan-gerakan literasi jalanan yang digagas oleh para komunitas yang ada, guna mewujudkan dan meningkatkan minat baca masyarakat terhadap ilmu pengetahuan.
“Tentu diharapkan pemerintah mau membuka mata, paling tidak peduli lah karena gerakan ini dari masyarakat untuk masyarakat dan kami sampaikan gerakan ini bukan untuk mendulang profit apapun,” ungkap Beni.
Kembali Ia katakan agar kiranya Pemko Tanjungpinang dapat memaknai apa yang dimaksud dengan ruang publik atau ruang terbuka hijau yang dibangun, agar tidak hanya sekedar menjadi tempat kunjungan wisata masyarakat saja tetapi turut pula membangun kecerdasan masyarakat melalui edukasi non formal oleh gerakan-gerakan komunitas yang ada.
“Bagi masyarakat yang ingin berkunjung sangat mudah untuk menjumpai komunitas Lingkar Literasi ini, cukup mendatangi Laman Boenda tepi laut setiap akhir pekan hari sabtu dan minggu dari pukul 17:00 sampai 22:00 wib. Tutupnya.” Tutupnya (Noven).